Chapter; 10.3 | Transparan

37 6 0
                                    

"Ah aku telat." Ucap Milani pelan.

Sudah pasrah, fokus Milani berpindah pada seorang guru yang sedang mengatur murid-murid terlambat untuk berbaris di lahan parkir yang terlihat agak kosong.

Tanpa pikir panjang, Milani ikut masuk ke barisan. Mendengar beberapa percakapan di sekitarnya. Dalam hati ia agak gelisah, berharap agar 'ceramah' karena datang terlambat tak berlangsung lama.

Ia memiliki jadwal presentasi di jam pertama dan giliran pertama.

"BU, SAYA CUMA TELAT SETENGAH JAM LOH BU"

"Njir setengah jam mah lama banget, bodoh."

Kalau di keadaan yang biasanya, mungkin percakapan tadi bisa membuat Milani mengeluarkan tawa kecil. Tapi hal yang terjadi padanya dan Sonya beberapa hari lalu terus masuk tanpa izin ke otaknya.

Sudah beberapa hari berlalu dan Milani masih belum bicara satu sama lain dengan Sonya. Tanpa diberitahu, Milani sendiri sadar Sonya memang menghindarinya.

Upaya saling bicara pun terhambat.

"Kalian baris dan tulis nama disini, nanti langsung masuk kelas!"

Milani berjalan dengan lesu, menyebabkan ia mendapat barisan terakhir. Berjalan satu demi satu langkah hingga sampai di gilirannya.

"Kamu sakit? Mukanya pucat gitu, pulang aja kalau sakit."

Hanya ada Milani dan guru itu yang tersisa disana. Jadi dengan mudahnya ia menyimpulkan perkataan itu memang untuknya.

"Engga bu, saya gapapa."

"Udah sarapan?"

"Belum.."

"Beli makanan dulu di kantin baru ke kelas. Kamu kelas IX.5 kan? Nanti ibu bilang ke guru di kelasmu biar izinin kamu sarapan dulu."

Setelah mengatakan hal itu, sang guru langsung pergi. Milani jadi menyadari mungkin dia terlalu memikirkan masalah ini.

Tidak bisa tidur sampai bangun terlambat. Bahkan tak sempat hanya untuk sarapan.

Langkah Milani menuju kantin, ia berusaha mengikuti apa yang gurunya katakan. Lagipula perutnya sudah membuat 'konser' di perutnya sejak pagi, berharap untuk diisi makanan.

Mata Milani mulai disajikan dengan berbagai makanan. Tanpa pikir panjang ia langsung mengambil asal satu roti dari sebuah etalase. Setelah membayarnya ia langsung berjalan ke kelas sambil memakan roti di tangannya.

***

'Tinggal setengah'

"Gak dimakan rotinya? Tinggal setengah tuh Mil, sayang."

"Bakal dimakan kok."

Jam istirahat pertama dinikmati dengan penuh penghayatan oleh setiap orang dikelas itu. Setelah melewati masa-masa kelam dimana harus presentasi didepan guru killer, mereka akhirnya bisa tenang.

Hanya sebagian anggota kelas yang bisa merasa tenang. Sisanya masih harus senam jantung sampai minggu depan karena tak dapat waktu presentasi.

"EH BANTUIN GUA DONG!"

Teriakan Fajri yang ada didepan pintu sambil membawa setumpuk buku tak dihiraukan. Milani masih fokus menatap roti yang tinggal setengah diatas mejanya.

"Ah elah.. Mil, bukunya gua taro di meja lu ya"

"Eh janga--"

Werewolf Party (Kalo Sempet)!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang