Chapter; 11.0 | Orang Luar

37 5 0
                                    

Kosong.

Kursi di sampingnya itu tak lagi diisi siapapun. Revalina diam-diam melihat seseorang yang menjadi teman sebangku ia sebelumnya lewat refleksi layar handphone dalam pegangannya.

Berusaha bersikap jujur pada dirinya sendiri, Revalina mengaku ia memang merasa iri.

Iri dengan mereka yang sekarang kelihatannya sudah menjadi 'pengganti' teman dekat Sonya. Terdengar seperti keegoisan, tapi memang benar adanya.

Revalina iri.

Revalina ingin menjalani hari nya seperti biasa. Seperti sebelumnya. Bersama Sonya, teman sebangkunya.

Mau tak mau, ia sekarang mengungsi ke kursi disamping Akasia. Kebetulan, Akasia tidak pernah punya teman sebangku tetap. Setiap hari berubah-ubah. Akasia juga tak mempermasalahkan mengenai siapa yang ada di sampingnya. Jadi bukan masalah bila Revalina berada disana untuk beberapa waktu.

Bahkan dalam kondisi ini, bukan tak mungkin untuk seterusnya ia akan tetap menjadi teman sebangku Akasia. Sampai akhir kelulusan tentunya.

"Kras, hari ini aku duduk sama kamu ya."

"Hm."

Gumamnya dianggap jawaban. Semenjak hari itu, Akasia semakin sedikit bicara.

Revalina pun makin tak nyaman dengan keadaan sekitarnya. Sonya menjauh. Milani yang merasa bersalah. Akasia yang lebih banyak diam daripada biasanya.

Perubahan ini terlalu terlihat.

"Hmm, kalian kenapa dah?"

Revalina menengok ke belakangnya. Fadhlan yang barusan bertanya, dan kini ia terlihat fokus dengan tugas dihadapannya. Tak memberi tatapan pada Revalina atau siapapun di sekitarnya.

"Lu nanya ke siapa?"

"Kalian."

Revalina terdiam. Satu kata itu sebenarnya sudah memberi maksud yang jelas. Tapi tetap saja, Revalina tak bisa menjawab pertanyaan Fadhlan.

"Kenapa apanya?"

"Yaudah kalo gapapa."

"Hah.. Apa sih ga jelas hahahhahaha."

Walaupun Revalina memberi tawa di akhir, suasananya tetap tak berubah. Fadhlan hanya merespon kalimat akhir Revalina dengan wajah datar.

Akasia yang sejak tadi diam mendengar juga tak memberi respon apapun. Kini kecemasan dalam hati Revalina menjadi-jadi.

"Eh ayoo, anak grup kita main ke mana gitu."

"Sebagai pendiri groupchat squad ini, apakah saudari Sonya memiliki saran lokasi yang pas untuk bermain?"

"Kan kalian sendiri yang bikin groupchat nya.."

"Tapi kan di handphone lu, jadi anggep aja lu yang buat."

Tanpa sadar Akasia meletakkan kepala nya di meja. Ia ingin menutupi wajahnya dari semua orang.

Bukankah malu kalau ia menangis hanya karena percakapan kecil yang tak sengaja ia dengar? Akasia memilih untuk menyembunyikannya.

"Lu pada gak ada yang mau cerita gitu?"

Lagi-lagi Fadhlan bertanya. Suasana kelas cukup ramai karena tak ada guru. Percakapan suram mereka jadi tak nampak di mata orang-orang disana.

"Cerita apaan?"

"Ya, cerita apa gitu. Gak ada?"

Masih memilih untuk diam, Revalina hanya memberi ekspresi seakan meminta penjelasan.

Werewolf Party (Kalo Sempet)!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang