Chapter 11 : Peran

1.7K 223 60
                                    

Boboiboy milik Monsta hanya meminjam karakternya saja.

Alur cerita murni dari author

Rate : T 13+

Genre : action, superhero family sibling friend sad angst.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, hanya karangan Semata.

==


Halilintar mengakui jika dirinya adalah tipikal manusia yang dingin dan datar dalam hidupnya.

Bahkan seperti mimpi ketika dia mendapat tanggung jawab baru, bukan sebagai kekuatan pemusnah tapi sebagai seorang kakak.

Rasanya Halilintar ingin menertawakan dirinya yang mau saja menerima tawaran Taufan tentang dirinya yang di beri kewajiban berperan sebagai seorang kakak.

Ayolah apa yang Halilintar tau tentang berperan sebagai seorang kakak, dia hanya bisa membanting, menyetrum, berkelahi jadi bagaimana harusnya berperan sebagai seorang kakak.

Apa dengan memeluk dan mengucapkan kasih sayang pada para patnernya yang berubah status menjadi adik adiknya, rasanya Halilintar ingin merinding membayangkan dia mengucapkan  kalimat manis bin alay itu, tidak itu bukan tipikalnya.

Ada kadang kalanya Halilintar memikirkan serius tentang artinya berperan sebagai seorang kakak.

Percuma mau meniru tuannya Boboiboy karena yang Halilintar tahu Boboiboy adalah anak tunggal yang tidak mempunyai adik.

Tapi yang Halilintar pahami hari adalah...

Crek...

Suara pintu terbuka perlahan jam rumah menunjukan pukul 20.00 malam waktu setempat dan ada yang masih mengenakan pakaian seragam lengkap baru pulang.

Dia ingin mengucapkan kata 'aku pulang' tapi bibirnya terasa kaku untuk berucap terpaksa dia mengucapkan dalam hati.

Suasana rumah sepi walau dia melihat trio bungsu ada ruang tamu, mereka semua terlihat kaku satu sama lain ketika menyadari kakak kedua baru pulang.

Ingin menanyakan tapi mereka terlalu canggung setelah kejadian saat sarapan pagi tadi makanya mereka tak bertemu satu sama lain saat di sekolah.

Taufan menghela nafas lelah, ini memang salahnya yang memulai pertengkaran dengan sang sulung.

Lagipula kakaknya menanyakan hal itu karena khawatir, harusnya Taufan bisa memaklumi karena memang sifat Halilintar seperti itu.

Rasanya sesak bila suasana terus menjadi seperti ini.

Baru pijakan pertama menaiki anak tangga suara seseorang memanggilnya.

"Kau baru pulang? Darimana saja kau?" tanya Halilintar sedikit kesal.

"Aku ada perlu, sudahlah aku mau istirahat," balas Taufan tanpa menoleh tak sanggup menatap manik ruby sang kakak.

Baru dua anak tangga melangkah Halilintar kembali memanggilnya.

"Aku belum selesai berbicara," balas Halilintar.

"Kak pikiranku sedang kalut kita bicara besok saja," balas Taufan balik.

"Lihat ke sini Taufan, aku ingin bicara," ujar Halilintar.

"Kak Hali sudahlah aku-"

"Maaf," ucap Halilintar pelan.

🌪Garis Tanpa Batas🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang