Batas Cerita

821 89 14
                                    

Brak!

"Akh!" Remaja itu meringis memegang wajahnya yang terhantuk oleh lantai berlapis baja.

Manik rubynya terbuka perlahan, menilik seisi ruangan yang kini dia tempati, bagaimana bisa dirinya berakhir terjatuh?

Oh, sebuah kursi ada dalam posisi jatuh, itu artinya dia terjatuh dari kursi.

Dekorasi kamar yang berbeda dari kamarnya, jika kamar di rumah tok Aba bercat putih, ruangan ini di dominasi oleh warna abu-abu, namun ada dekorasi dengan warna merah, dan hitam, jelas ini bukan kamarnya.

Tapi, kenapa dekorasi kamarnya seperti mencerminkan dirinya?

Berdiri dari aksi jatuh dari kursinya, Halilintar mengamati sekeliling kamar ini, hanya kamar pada umumnya dengan ranjang, lemari, dan meja yang entah kenapa Halilintar rasa seperti meja hologram, karena dia yakin pernah melihatnya.

Ya, dia yakin karena dia melihat ini di Tapops.

Dan sekarang dia tersadar bahwa kini dirinya berada di markas Tapops! Kenapa dia bisa ada di tempat terkutuk ini!

"Dia menipuku! Aku bisa memaafkannya yang gagal membantuku, tapi dengan membawaku ke Tapops, aku tidak bisa maafkan," batinnya mengebu-gebu.

Halilintar tersadar dengan berbagai macam sertifikat yang tergantung di dinding kanan, tak sempat dia baca apa itu, Karena fokusnya tertuju pada suara ketukan dari pintu kamarnya.

"Permisi, aku datang membawa laporan."

Halilintar mengenal suara itu, pemilik manik emas madu, adiknya Gempa.

Tak mendapatkan jawaban, pintu itu terbuka ke samping secara otomatis, mendapati sosok itu memang Gempa, remaja itu sedikit bergerak mundur.

"Maaf, aku pikir tidak ada orang di dalam," ucapnya sesopan mungkin.

Halilintar tahu adiknya itu adalah yang paling sopan diantara mereka berenam, bertujuh.

Namun Halilintar rasa sikap Gempa terlalu kaku padanya, lalu apa tadi? Laporan.

Manik ruby itu tak mengindahkan, dia memperbaiki kursinya, dan kembali duduk memegang kepalanya yang pusing.

"Gagal, jadi bagaimana lagi caranya," gumamnya.

"Kau baik-baik saja?" Gempa melangkah masuk melihat orang yang dia tuju mengabaikannya.

"Apa efek sampingnya membuatku berteleportasi ke Tapops, dia menipu kita," gumam Halilintar.

Gempa diam mendengarkan keluhan remaja sepantaran dirinya.

"Padahal aku benar-benar berharap, walaupun Reverse bilang risikonya adalah nyawaku menjadi taruhan, aku siap untuk itu, tapi dia malah membawaku ke Tapops," ucapnya lagi.

Tak mendapatkan simpati dari Gempa, Halilintar menatap remaja itu yang justru menatap bingung ke arahnya.

Halilintar baru tersadar Gempa mengenakan seragam resmi Tapops, tidak, bukan hanya Gempa, dirinya juga mengenakannya.

"Apa yang Reverse rencanakan?" monolognya.

Halilintar menghadap Gempa yang masih mematung.

"Maaf, aku tidak bisa membawa Taufan kembali, aku rasa kau benar, pada kenyataan bahwa Taufan memang tidak bisa kembali, aku rasa, aku akan menyerah," gumamnya.

"Mungkin benar, Taufan tidak bisa kembali kali ini," lirih Halilintar menunduk.

"Maaf ... " Kata itu yang diucapkan pertama kali oleh Gempa setelah selesai mendengarkan ucapan Halilintar.

"Sebenarnya sejak tadi aku bingung, apa yang sedang kau bicarakan?"

Halilintar refleks menatap Gempa yang sama bingung.

"Sejak tadi kau berbicara hal yang tidak aku mengerti, Reverse? Risiko nyawa? Dan siapa itu Taufan?" tanya Gempa.

Manik ruby itu melebar, dia bangkit membuat Gempa mundur, dengan tablet di tangannya yang dia peluk erat, apa Gempa salah bicara?

"Maaf, mungkin karena aku tidak hadir saat rapat kemarin, aku tidak bisa mengerti apa yang dibicarakan sekarang," cicit Gempa ketakutan.

"Apa maksudmu! Kau bertanya siapa Taufan, apa kau sedang mencoba melupakannya? Bagaimana kau bisa melakukan itu?" Halilintar memegang bahu Gempa sedikit keras.

Membuat remaja itu kelabakan, dia berusaha memutar memorinya, apa hal yang dia lewatkan, namun mau bagaimana dia mengingat, tidak ada satupun hal yang berkaitan dengan kata Taufan.

"Aku benar-benar minta maaf, aku janji tidak akan lalai setelah ini, Kapten!"

Manik emas madu itu menutup takut, dia takut jikalau Halilintar memarahinya karena kelalaiannya bolos rapat kemarin, walau terpaksa.

Tak menyadari Halilintar menghentikan guncangan di bahunya, manik ruby itu menatap tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Kapten?

Sejak kapan?

Tak sadar maniknya menatap ke arah salah satu sertifikat yang terpasang di dinding, dan dia baru sadar akan sesuatu yang tertulis di sana.

Kenaikan pangkat diberikan kepada

'HALILINTAR VOLTERA'

Atas keberhasilannya memenangkan pertarungan di planet Rimbara seorang diri.

Halilintar mendapatkan posisi Kapten tercepat di antara seluruh anggota Tapops, hanya kurang dari 2 tahun diusia mudanya.

Apa yang sebenarnya terjadi!

••••☆☆{Bersambung}☆☆••••

Bukan Taufan, tapi Halilintar.

Semua bermula dari takdir yang terus ditentang oleh dirinya, mau bagaimana pun dia berusaha mendapatkan akhir yang bahagia.

Pada akhirnya skenario hidupnya akan berjalan sesuai yang ditulis oleh semesta.

Sekalipun benang merah dengan akhir yang sama itu akan terus kembali ke awal bagaimana pun dia berusaha.

Ini menjadi kesempatan terakhir bagi Halilintar, apakah dia akan menerima takdir bahwa Taufan tak seharusnya tetap hidup, atau bersikeras menuntut akhir dimana Taufan tetap hidup.

Mari kita tutup kisah mereka kali ini dengan akhir yang pasti, mau bagaimana pun akhirnya nanti, semua keputusan kali ini ada di tangan Boboiboy Halilintar.

DUA BATAS SISI YANG PUBLISHNYA KAPAN-KAPAN

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🌪Garis Tanpa Batas🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang