Chapter 10 : Salah Paham

1.8K 214 87
                                    

Boboiboy milik Monsta hanya meminjam karakternya saja.

Alur cerita murni dari author

Rate : T 13+

Genre : action, superhero family sibling friend sad angst.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, hanya karangan Semata.

==

Sang fajar sudah berlalu sejak beberapa menit lalu jam menunjukan pukul 04.55 masih ada waktu untuk tidur kan? Tapi..

Srek..

Tirai jendela kamar di buka udara di pagi hari masih terasa sejuk dan matahari belum terlalu terik untuk menyengat panasnya.

"Kak Hali, bangun kak udah pagi," ucap Gempa membangunkan sang sulung.

Kelopak mata itu terbuka menampilkan iris merah ruby yang tajam, sang sulung berdecih pelan lantas berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Ini masih jam 5 kenapa kau membangunkanku?" tanya Hali pelan.

"Maaf ya kak tapi Yaya tiba tiba meminta kita datang ke kedai tok Aba sebelum ke sekolah," jawab Gempa lembut.

"Apa penting?" keluh Hali.

"Yaya tahu kak mana yang penting dan yang tidak penting, aku mau membangunkan yang lain kak Hali bisa mandi duluan atau bangunkan kak Taufan," ucap Gempa pergi ke luar kamar.

Halilintar hanya diam kemudian bangkit dari kasurnya dan mengambil handuk bersiap melakukan ritual paginya.

.

.

15 menit berlalu Halilintar sudah selesai melakukan ritual pagi dan memakai seragam sekolahnya, tidak lupa menyisir rambutnya_dia bukan Boboiboy yang jarang menyisir rambutnya karena tertutup oleh topi.

"Hah..Ja-jangan.. Hentikan.. Ja-jangan."

Halilintar terdiam ketika mendengar suara memohon itu.

Tidak ada orang lain di sini selain dia dan Taufan, itu berarti.

Halilintar segera mendekati tempat Taufan dan menemukan anak itu masih tertidur namun wajahnya tampak gelisah dan ketakutan.

Tangannya mencengkram selimut biru itu kepalanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Taufan? Hei kau kenapa?" ucap Hali seraya mengguncang tubuh Taufan.

Namun Taufan masih tidak bangun dan wajahnya semakin ketakutan.

"Taufan! Bangun woy!" ucap Hali tak sabar semakin mengguncang tubuh Taufan.

"Hah!" iris sapphire itu mengecil saat kelopak mata itu membuka.

Nafasnya sedikit memburu karena baru saja menghadapi sesuatu yang buruk dalam mimpinya.

"Kau kenapa sih?" tanya Halilintar melepaskan tanganya.

Untung saja Taufan cepat bangun jika tidak Halilintar sudah berniat akan menyetrumnya.

"Ti-tidak, hanya mimpi buruk," balas Taufan memeluk dirinya sendiri.

"Ya sudah cepat mandi dan turun, sebelum ke sekolah kita akan pergi ke kedai," balas Halilintar membawa tasnya dan pergi ke bawah.

Taufan hanya menggangguk dan terdiam di kasurnya wajahnya masih tampak ketakutan.

🌪Garis Tanpa Batas🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang