Chapter 16 : Malam Yang Mengerikan

1.2K 200 48
                                    

Boboiboy milik Monsta hanya meminjam karakternya saja.

Alur cerita murni dari author

Rate : T 15+

Genre : action, superhero family sibling friend sad angst.

Warning : typo, bahasa campur Indo Melayu, kesalahan tanda baca, hanya karangan Semata.


==

Malam sudah begitu larut, hanya suara jangkrik dan terangnya bulan yang menemami malam ini.

Semuanya sudah terlelap dalam bunga mimpi, sebagian orang mengatakan kalau mimpi itu lebih indah dari kenyataannya.

"Akh!"

Tapi sepertinya hal itu tak berlaku untuk seorang Boboiboy Taufan.

"Sialan, sudah 5 kali dia muncul dalam mimpiku, pergilah! Aku tak bisa beristirahat dengan tenang!" desis Taufan kesal.

Ini sudah kelima kalinya dia selalu bermimpi bertemu dengan Retakka, sialan sudah mati saja masih menggangu dirinya.

Jam menunjukan pukul 12.30 malam, pagi masih lama tapi Taufan tak bisa terlelap lagi.

"Ya sudahlah lebih baik aku buat susu siapa tahu bisa tidur lagi," batin Taufan, turun dari kasurnya dan berjalan mengendap ngendap agar tak membangunkan Halilintar dan Gempa yang untungnya tak terbangun saat dia sedikit berteriak tadi.

Menyalakan lampu dapur dia meraih kotak susu coklat dan mulai menyeduhnya bersama air hangat.

"Kenapa setelah kecelakaan itu aku selalu mendapat hal sial, kenapa ini bisa terjadi padaku," sendu Taufan sembari duduk disalah satu kursi.

Taufan kembali mengingat semuanya sejak pertama berpecah dia mendapat sial dengan dituduh sebagai penghianat bahkan Taufan sempat membunuh dirinya sendiri, kemudian sialnya kembalu berlanjut dengan dia yang lupa ingatan, dan sekarang...

"Kuatkan aku Boboiboy," ujar Taufan.

Kring... Kring...

Eh?

Taufan tersentak saat mendengar suara telepon berdering.

Bukan masalah Taufan tak pernah mendengar suara telepon, dia sering mendengar suara telepon apalagi di kedai tok Aba.

Tapi masalahnya sekarang mau jam 1 malam! Orang mana yang menelepon malam malam buta seperti ini.

Kring... Kring...

Sepertinya suara telepon itu bukan halusinasi, Taufan berjalan mendekati telepon yang ada di ruang tamu.

Tidak masalah bila benar benar manusia yang menelepon jam segini, asalkan bukan pocong yang minta talinya dilepas, atau suara cantiknya mbak kunti.

"Tenang Taufan," batin Taufan memberanikan diri mengangkat telepon itu.

"Halo, ini siapa ya?" tanya Taufan berusaha tak terdengar kesal.

"Woy Yanto lo dimana, gue nunggu di stasion pulau Rintis, buruan jemput gue udah malem nih!"

.....

"Woy Yanto!"

"Ma-maaf gak ada yang namanya Yanto disini," ucap Taufan berusaha tak tertawa.

"Loh suara lo kok kaya bocil?"

"Maaf ini Taufan bukan Yanto!" kesal Taufan menutup teleponnya.

"Ya ampun salah nomor, aku kira apaan Yanto siapa pula?" bingung Taufan berniat kembali ke kamar.

🌪Garis Tanpa Batas🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang