8: Etik, Estetik, Mistik.

329 94 34
                                    

Sekalipun tidak menginginkannya, Atman menunggu dengan sabar di dalam sebuah kamar berbau apak, dikelilingi dinding penuh lumut dan jendela berkarat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekalipun tidak menginginkannya, Atman menunggu dengan sabar di dalam sebuah kamar berbau apak, dikelilingi dinding penuh lumut dan jendela berkarat. Sesekali ia memainkan tirai jendela, bergidik saat kecoa kecil merayap menghampiri jemarinya. Kerangka jendela menyimpan bulir debu yang lebih tebal dari helaian rambut, nodanya menempel pada kulit jemari Atman. Seorang anggota majelis harusnya mampu menyewa kamar hotel yang lebih bagus, bukan hotel kelas melati. Tidak harus hotel kelas atas, setidaknya kelas menangah dengan dinding tebal dan kulit sofa yang tidak bau amis.

Kenop pintu terputar, Atman memperbaiki posisi berdiri dan memasang senyum terbaik untuk menyambut tamunya. Seorang perempuan mengenakan kebaya warna merah dan perona bibir senada muncul, air mukanya menegang seketika melihat sosok Atman.

"Oh, aku tahu bukan aku yang kau harapkan. Dia tidak bisa datang kemari karena ada urusan lain." Atman tersenyum lebar pada tamunya. "Duduklah bersamaku atau kau lebih memilih diranjang seperti yang kau lakukan bersamanya?"

"Apa yang kau inginkan?" Yolanda, tamu Atman, bertanya dengan suara bergetar. Ia mengikuti arah yang jemari Atman tunjuk lalu duduk dihadapannya.

"Harusnya aku yang bertanya. Apa yang kau inginkan?" Atman mengambil posisi di seberang Yolanda. "Berani-beraninya kau memilih menolak RUU Bangun Karya."

Rancangan undang-undang itu mengatur perizinan usaha, syarat penanaman modal, ketenagakerjaan, pengenaan sanksi dan pengadaan lahan. Kekuatan utama undang-undang ada pada kemampuannya mengatur undang-undang yang berbeda selama undang-undang tersebut masih membahas konteks serupa. 

Sebagai negara yang baru merdeka dari Elisian sepuluh tahun yang lalu, Shangkara memerlukan bantuan negara tetangga untuk memajukan infrastruktur dan masyarakatnya. Rancangan undang-undang yang dicanangkan akan merampingkan birokrasi dan mempermudah penanaman modal dan pengembangan lahan. 

Yolanda adalah salah satu anggota majelis bodoh yang menolaknya.

"Kau mencoba memerasku sekarang?" lawan Yolanda. "Kau sama saja dengan menjual Shangkara jika RUU itu diloloskan,"

"Dan kau tidak melihat jauh ke depan, pandanganmu terlalu sempit. RUU ini membantu membangun Shangkara, memudahkan masuknya modal!" suara Atman lepas kendali. "Ini lebih penting daripada RUU tetek bengek lain yang kau dukung."

Yolanda dan beberapa anggota majelis menolak RUU Bangun Karya dan berusaha mengajukan RUU baru yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan memayungi perkara pembelaan korban pelecehan seksual. Jika diurut berdasarkan prioritas, RUU Yolanda bukan prioritas utama karena Shangkara perlu modal untuk tumbuh dan menyelesaikan perkara perempuan tidak akan membantu banyak.

Mengalahkan Yolanda bukan hal sulit. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan orang suruhan Atman, Yolanda berselingkuh dari suaminya. Atman mendatangi selingkuhan Yolanda, menawarkannya jabatan lalu membuatnya menghubungi Yolanda untuk bertemu. Tentu yang ditemui Yolanda adalah Atman, bukan kekasih gelapnya.

Senandung Jazirah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang