12 : Orang-Orang Tidak Peduli Sejarah, kecuali...

230 61 6
                                    

Hai! Hai! Mau kasih kabar, Senandung Jazirah got featured in booktuber's video soal Romance Book Trope! Recommended as historical-fiction-nusantara-with-romance-trope <3

thankkk you for supporting Ava and Atman <3

***

Kali ini, dalam tidurnya tidak ada Atman, hanya suaranya. Hal itu tidak lebih baik karena Ava tetap merasa diburu.

Saat ia terbangun, matahari baru saja terbit dan dingin di udara mulai tanggal. Daun pintu menganga beberapa jengkal, memberi ruang masuk untuk cahaya matahari yang jatuh lembut di tepat tidur. Ava menarik selimut hingga dagu, ingin tidur kembali, tetap derap langkah di selasar luar mengurungkan niatnya.

Lewat celah pintu, Ava mengintip kondisi di luar kamar. Gada berdiri tidak jauh dari kamarnya, pakaiannya sudah jauh lebih rapi dan bersih, Runan berdiri di sebelahnya dengan senjata tersemat di pinggang.

Keduanya mengawasi kedatangan orang-orang baru. Ava pelan-pelan meninggalkan kamar, ikut memerhatikan kedatangan sembari curi-curi dengar. Asal pendatang baru adalah Sinaga, kebanyakan perempuan dan anak-anak, lelaki yang ada dalam rombongan kebanyakan terluka.

Di antara kerumunan, Ava menemukan wajah familiar yang ia cari-cari.

"Wija!" Ava menghambur ke rombongan. Belum jauh melangkah, tangan Runan menyambar lengannya. 

"Diam di sini!" balas Runan tajam. "Mereka ketakutan, kau hanya bakal memperburuk suasana!"

Kalimat itu secara efektif mengingatkan Ava pada perkara yang ia picu di Alodhya hingga Sinaga. Lewat obrolan dengan Runan semalam, Ava bisa menyimpulkan bahwa yang datang pagi ini adalah kelompok yang ketakutan, mereka yang menilai Ava sebagai kobaran panas.

"Aku mau lihat Kharra," dalih Ava.

"Biarkan dia pergi," kata Gada tanpa mengalihkan pandangan dari kerumunan.

"Tapi dia -"

"Biarkan dia." Gada mengabaikan keluhan Runan.

Secepat kilat, Ava menepis tangan Runan. Mengikuti kerumunan orang-orang yang terluka, menuju barak pengobatan. Sempat dia berusaha mencapai Wija, tetapi lelaki itu terlalu sibuk untuk memerhatikan kehadiran Ava, sedangkan hanya dia yang Ava perhatikan kehadirannya.

Kondisi ruang pengobatan sudah nyaris penuh. Orang-orang yang luka dibaringkan di tanah beralaskan karpet tipis, kepala mereka ditopang kain yang dilipat-lipat menyerupai bantal. Suasananya begitu lembap, penjaga ruangan mencoba membersihkan noda-noda di lantai dan menghalau aroma tidak sedap dengan dupa yang dinyalakan terus menerus.

Ava menemukan Kharra di dekat jendela,  masih terlelap. Sekujur tangan kanannya dibebat perban putih, wajahnya menampung titik-titik putih dari salep yang dioleskan untuk mengeringkan luka.

Pelan-pelan, Ava bersimpuh  kemudian menarik baskom kecil dari sisi pasien lain. Masih ada sisa air di dalamnya, serta kain setengah basah.

"Jangan lakukan itu." Kali ini suara Khorib menegur dari belakang.

Ava mendongak dengan berat hati. "Bagaimana kabarnya?"

"Syok, pasti. Tangannya terbakar, untungnya tidak berat. Aku ragu soal telinganya, Wija bilang Kharra berada di dekat sumber ledakan." Khorib mengambil alih baskom dan kain dari tangan Ava.

Senandung Jazirah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang