23 : Aku Mencintainya dan Aku Tidak Akan Menggadaikannya

148 44 4
                                    

Citra Natah Presiden adalah sebagai rumah sebuah tempat mengadu dan berlindung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Citra Natah Presiden adalah sebagai rumah sebuah tempat mengadu dan berlindung. Bangunan yang diawasi polisi dan militer selama satu hari penuh sepanjang minggu dan sepanjang waktu.

Pada kali pertama dibangun, misi utama pendirinya adalah mendirikan komplek kepresidenan yang tegas dan juga mengayomi. Dua sifat yang agak asing bagi satu sama lain akan tetapi pendirinya berhasil membuat Natah Presiden menjadi tempat akrab dengan halaman luas nan asri tapi juga tegas karena dinding berukiran aksara Shangkara.

Yang tidak diketahui khalayak umum adalah penjara bawah tanah di bagian terbelakang Natah Presiden. Hanya bisa dicapai bagi pemilik kredensial tertentu dan harus melalui banyak pemeriksaan.

Sebuah penjara tahanan kelas utama yang beroperasi terpisah dari administrasi kantor kepresidenan, diawasi langsung pihak militer dengan ketat. Belakangan ini, Gada berimajinasi menemukan Ava dan mengurungnya di sini, bukan di penjara lama tempat gadis itu dikurung pertama kali.

Pintu masuk penjara adalah paviliun yang menyamar sebagai kantor pusat keamanan. Paviliun tersebut kosong melompong, hanya ada satu meja administrasi di ruang depan yang tidak dijaga siapa-siapa. Sebuah pintu berdiri di belakang meja, mengarahkan pada ruangan kosong tempat anak tangga spiral menurun yang membawa ke ruang jaga penjara.

Penjara dirancang sedemikian rupa agar memiliki sirkulasi udara yang baik untuk para sipir. Pencahayaan yang dinikmati ruangan ini hanyalah cahaya yang dibuat sendiri, tidak ada cahaya alami di sini. Udara luar biasa pengap, pekat dengan aroma keringat dan semilir aroma darah.

Ujung bawah tangga langsung mengarah ke ruang jaga. Sipir membuka pintu dan lorong panjang tanpa jendela membentang dari ujung ke ujung. Setiap sel berdiri bersebarangan, berhadap-hadapan, jeruji besi masih memungkinkan orang berkomunikasi dengan tahanan.

Sementara sel di lantai atas berisi tempat tidur dan jamban dengan jeruji besi sebagai pintu, sel lantai bawah tidak berisi apa-apa dan memiliki pintu besi pekat. Sipir bisa berimprovisasi di sini, mereka bisa memasang dan melepas alat-alat tertentu pada dinding atau langit-langit sel.

Seperti yang satu ini. Gada berdiri di depan sebuah sel yang berisi seorang tahanan yang Gada kirim sebulan lalu, dia tahu sipir telah memasang gantungan di langit-langit yang menjulurkan rantai besi. Perangkat itu telah ditata sedemikian rupa sehingga ketika rantainya ditarik, maka objek yang diikat akan mengambang di tanah.

Hanya sebentar Gada berdiri di sana lalu dia beralih ke satu sel di seberangnya.

"Buka, " titah Gada.

"Tuan yak —"

"JANGAN BANYAK TANYA!" suara Gada menggelegar di tengah lorong, sampai Kalki yang sejak tadi diam ikut tersentak kaget.

Sang sipir mematuhi perintah. Suara besi beradu dengan tanah tidak lebih memekakkan telinga dibanding suara yang mengikutinya. Suara serak selayaknya orang kekurangan air, bukan suara tangis atau rintihan melainkan tawa.

Senandung Jazirah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang