RANK
#1 FANTASIINDONESIA 15 NOV 2024
#5 BUMI 20 NOV 2024
#4 writteninaction 20 NOV 2024
Dia berusaha menyelamatkan diri dari Ilmu Hitam. Satu-satunya kitab yang mampu menyelamatkannya, dibentengi oleh status kasta yang berlaku.
__
Avattara meng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sattwam mencegah Ava menyentuh Atman. Sonaka menghambur menuju Atman, memapahnya dari tanah, kemudian bersama kelompok patroli membawa Atman kembali ke ashram.
Banyak hal berkecamuk dalam pikiran Ava, terutama alasan Atman pingsan. Apa yang salah darinya? Apa itu dampak dari Lèak yang baru dibunuhnya?
Insting mendorong Ava menyusul Atman, meraih kepalanya yang terkulai, akan tetapi Sattwam kembali menariknya. Kontan, Ava menepis sentuhan roh itu, dan tentu saja Sattwam bersikeras bahkan mengikuti Ava sampai kembali ke ashram.
Kedatangan mereka memancing perhatian semua penghuni. Terutama Gada dan Yolanda. Wanita itu terpana melihat Atman tidak sadarkan diri, dipapah regu patroli, sedangkan Gada langsung mencari Ava.
Tidak ada suara yang masuk ke telinga Ava, dilihatnya Gada bicara di hadapan, namun tidak satu kata terdengar. Matanya justru menangkap kehadiran Kalki tidak jauh di belakang Gada, mengirim sengatan tajam ke ulu hati, sesuatu yang bersumber dari perasaan dikhianati.
"Atman, aku mau cari Atman." Ava buru-buru berkelit dari Gada, menyusul Atman dan Sonaka.
Sambil terus berlari, Ava menepuk-nepuk Kitab Utama di balik baju yang didekapnya sejak tadi. Seharusnya ada cara untuk memulihkan Atman di sini dan Sonaka mungkin bisa melakukannya.
Sekilas, ia melihat Sattwam menghampiri Kalki, dan Ava sudah tidak peduli lagi jika roh itu membocorkan yang ia lakukan.
Melihat Atman berulah, memanipulasi orang dan mendedah pikiran, memang menjengkelkan karena dia lebih sering unggul. Ternyata, melihatnya jatuh pingsan, jauh lebih buruk.
"Ava." Gada mencengkram lengan Ava, cukup keras untuk membuat Ava meringis. Ava otomatis mendongak dan mendapati Gada memelototinya. "Kalau kau melakukan rencanamu pada Atman, sekarang waktunya."
Ulu hati Ava serasa ditonjok, ia melupakan semua amarahnya untuk Atman.
"Ava." Gada mendekatkan wajahnya. "Pria seperti dia bukan untuk dicintai."
"Aku memang tidak mencintainya," tukas Ava pasti. "Aku menginginkannya."
Kemudian, Ava menepis cengkraman Gada dan berlari menuju Atman.
Jika orang sekokoh dia bisa ambruk. Bagaimana dengan yang lain?
***
Di ruang rawat, wajah Khorib dan Kharra keruh setengah mati begitu diminta merawat Atman. Ava sudah membaca, keduanya punya seribu cara untuk meracuni Atman detik itu juga. Kebencian Khorib sangat kentara dan Kharra terlampau dendam untuk berpikir jernih.
"Memang dia mau diobati dengan peralatan yang dicampur dengan Thaka?" cibir Khorib.
"Sekarang bukan saatnya!" Sonaka membalas.
"Lucu, datang darimu." Kharra memutar bola mata, penuh enggan.
Ava menahan Gada memasuki ruang kesehatan, tidak punya tenaga untuk meladeni keberadaannya. Bayangan Rayyan, Gada dan Kalki masih membuatnya mual.