22 : Sang Presiden dan Para Dewa-nya

86 36 2
                                    

Satu hal yang pasti dalam peperangan adalah orang-orang menuntut pertanggungjawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hal yang pasti dalam peperangan adalah orang-orang menuntut pertanggungjawaban. Maka rakyat menuntut Widura.

Widura tidak kompeten, mereka mengatakan Widura tidak tegas mengambil tindakan. Dia terlalu menjaga nama baik, mencoba menengahi konflik dan itu tidak berguna. Menjadi netral di tengah kekacauan sama saja berpihak pada penindas, dalam hal ini orang kepalang berasumsi Widura memihak Adnyana diam-diam.

Suasana sejumlah titik sudah nyaris tidak bisa dikendalikan; orang-orang murka dan menginginkan bangsawan turun takhta, meninggalkan puri dan diasingkan. Sebagian besar pendukung Adnyana menetap di Alodhya maka ada lebih banyak api di sini.

Gada menyaksikan sendiri pembakaran dan penjarahan dari kejauhan, pergerakan yang tidak terarah namun jelas memiliki muatan emosi yang tidak bisa ditampung.

Dia membiarkannya.

Widura jelas tidak memihak Adnyana, itu terlihat dari tindak-tanduk Shaka yang jadi suruhannya akan tetapi seluruh dunia tidak perlu tahu itu sekarang. Gada memutuskan itu tidak perlu diketahui siapa-siapa.

Konsorsium senang dengan bagaimana semua ini berjalan. Saking tenangnya, mereka menitipkan cukup persenjataan dan dana sebelum akhirnya kembali ke Elisian. Tidak ada lagi perwakilan Konsorsium, tidak ada lagi Shen, semuanya dilepaskan pada Gada dan Dhatu. Mereka nampak puas dengan itu.

Gada menghitung waktu semenjak kepergian Ava, bukan karena khawatir akan tetapi dia menanti pelepasan puncak dari segala energi gadis itu. Dia mengenal Ava dan sangat mudah baginya memetakan emosi gadisnya.

Ia juga menghitung hari setelah Kalki mengejar Ava, ia tidak khawatir roh rekannya menghilang karena dia masih memegang cincin si Narasimha. Roh Kalki akan kembali.

Bagi Gada, puncaknya adalah saat langit senja melahirkan awan merah dari arah Kuruksethra.

Dia memang tidak mampu melihat manifestasi energi alam dan ilahi tapi dia tahu kapan sesuatu tergeser dari asalnya.

Pada akhirnya, waktu itu tiba. Pertanggungjawaban yang semua orang tuntut datang dalam bentuk kertas pernyataan yang disalin berulang-ulang.

Widura mengundurkan diri sebagai presiden.

Selanjutnya, segala hal jatuh ke posisi yang dikehendaki layaknya daun berayun luruh dari ranting.

Rakyat menuntut pengganti Widura. Seseorang yang lebih dipercayai, lebih berpengalaman, lebih disegani orang-orang yang selama ditekan dan diinjak. Sosok yang selalu ada di medan bersama mereka.

Seseorang yang hidup di masa Babad Kasta didirikan. Seseorang yang membela penghapusan Babad Kasta sejak hari pertama.

Pimpinan Dhatu.

Khalayak bersuka cita, genderang kebebasan bertabuh, anak-anak bersorak-sorai penuh rasa bangga karena terlibat dalam sejarah sebesar itu. Dalam waktu kurang dari seminggu, Gada menjadi penghuni Natah Presiden.

Senandung Jazirah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang