22 : Apa Yang Bisa Terjadi Pada Tiga Teman Masa Kecil?

199 49 1
                                    

Pantai, gunung dan kakinya terlihat jelas dari tempatnya berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pantai, gunung dan kakinya terlihat jelas dari tempatnya berdiri. Dia menikmati waktunya, menyesap hasil dari kesabaran yang ia tanam selama ini.

Hujan pertama di tengah matahari, membuatnya tersenyum. Badai tengah malam kali ini benar-benar membuatnya tertawa. Dia tahu diri, maka hanya memanggil seperlunya untuk melakukan satu hal yang dia inginkan, sudah berhasil. Semesta merestuinya lebih dari itu, seseorang membuka gerbang baru, melepas energi yang menuntunnya pada tujuan terakhir.

Pemusnahan. Kecil, jika dibandingkan dengan hal-hal lain yang bisa dia lakukan dengan kekuatan yang sudah ia punya..

Ia menyimpan cangkir bening, cairan darah merah terombang-ambing di dalamnya. Malam ini, ia meneguk satu demi satu, kala tanah di bawahnya bangkit satu persatu, menjadikan diri kehidupan baru. Ada yang bermata, ada yang tidak, ada yang berkaki, ada yang tidak punya. Baginya tidak masalah, toh, dia yang akan memberi perintah semuanya.

Tidak akan dia sebut siluman, bukan monster. Nama-nama itu terkesan mengurangi hak hidup yang diemban sosok-sosok bawah tanah itu. Jelas, mereka bukan mitologi lagi. Mereka hidup sekarang dan mereka adalah anak-anaknya, tidak akan dibiarkannya mereka dipanggil Bhuta Khala yang biasa dihina-hina atau lenda-lendi yang biasa ditakuti. Mereka anak-anaknya, lenda-lendi-nya.

Rakht hidup dari mayat-mayat dan entitas yang tumbuh di bawah tanah, dia makmur karenanya. Jadi bayangkan, betapa girangnya ia ketika mengetahui ada satu manusia utuh yang mampu melakukan hal serupa?

Satu manusia polos yang jika dirayu sedikit saja maka bisa membantunya mewujudkan impiannya?

Gadis itu bagai berdiri di jembatan gantung tipis, beralas pipih, hembusan angin bisa mengubah haluan berdirinya dan Rakht bertekad memiliknya seutuhnya. Masalahnya cuma satu, anak itu dilindungi luar biasa oleh roh yang menolak untuk mati karena terikat pada sumpahnya sendiri.

"Selama ini Kalki sembunyi di mana?" ia menoleh pada penjaga sungai di belakangnya.

"Kuruksethra." Dirah menengok ke arah hutan suci.

"Oh, pantas, aku tidak bisa temukan langsung."

"Bilang terima kasih pada gadis itu. Kalau bukan karena dia... kau tidak akan menemukannya."

Dia tertawa, bayang-bayang perempuan itu melintas di udara. Keputusasaannya, kebimbangannya, kekalutan dan ketidakmampuan membedakan mana yang nyata dan tidak.

Segalanya berjalan sesuai rencana dan keinginan, dia berhasil mendorong gadis itu sampai ke titik di mana pada akhirnya ia menyesap darahnya sendiri. "Kesayanganku."

Lalu, bersama tawa yang terus menggelegar, Rakht berangkat mengikuti garis hasil tanah yang telah retak.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senandung Jazirah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang