5: Obsesi Yang Menghantui 🔞

447 68 16
                                    

//Waltz no 2 -Shotakovich//

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

//Waltz no 2 -Shotakovich//

***

Sejak ia menyadari dirinya terlahir sebagai Penyingak, hal pertama yang Atman pelajari adalah mempertahankan pikiran sendiri. Itu pula yang diajarkan pertama kali padanya oleh gurunya. Dia melakukannya dengan kuat, nyaris sempurna. dan Atman selamat.

Tidak pernah dia ditelanjangi hidup-hidup, tidak ada yang berani. Sampai Ava meraih terlalu jauh ke dalam pikirannya, berdiri di dalamnya, di atas rerajahan dari tanah.

Mengusirnya, bukan perkara singkat, tetapi dia berhasil juga.

Fakta bahwa Atman tidak melihat apa-apa di benak Ava, membuat Atman makin terhina.

Saat Ava pingsan di pelukannya, Atman berpikir untuk membunuhnya sekalian. Namun, tidak dilakukan karena dia membutuhkannya. Juga, karena Ava adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa bersemayam di pikirannya. Atman harus tahu bagaimana caranya.

Sonaka menolak membiarkan Ava berada dalam satu kereta dengan Atman untuk alasan keamanan, justru Atman yang bersikeras. Pada akhirnya, petugas mengikat tangan dan kaki Ava, membaringkannya di kabin yang sama pengan Atman.

Sepanjang perjalanan, dari tempatnya duduk, Atman memerhatikan raut wajah Ava yang kosong.

***

Menginjakkan kaki di Sinaga rasanya seperti berada di bawah pengawasan penjara. Mereka disambut dengan penuh kewaspadaan. Bukan hanya Alodhya yang bersiaga setelah insiden balairung, Sinaga pun menambah aparat kepolisiannya di sudut-sudut daerahnya.

Dulu, dinding pertahanan pertama Alodhya adalah Sinaga, kemudian Ginyar. Jika musuh mengambil alih salah satu, mereka mudah menyandera Alodhya. Hal ini patut diwaspadai sekarang.

Aparat memindahkan Ava ke sel baru, perempuan itu masih tidak sadarkan diri saat dipindahkan. Atman mengawasi perpindahan itu dari kabin, sebelum memasuki penginapan yang disiapkan khusus untuk rombongan mereka. Setengah mati dia menyembunyikan sakit kepala yang merundung, sakitnya membuat pengelihatan Atman menggelap selama beberapa detik.

"Kau kenapa?" sergah Sonaka sebelum menaiki tangga ke lobi penginapan.

Atman menggeleng tanpa menjawab.

"Apa yang terjadi di dalam sel?" Sonaka menolak percaya.

"Bisa diam? Aku mau istirahat."

"Tidak. Beritahu aku." Sonaka bersikeras.

Dunia di sekitar Atman bergerak acak, penghuni penginapan berseliweran membuat Atman sesak nafas. Pramusaji menawarkan minuman, Atman solak. Petugas yang membawakan barang, nyaris Atman damprat. Langkahnya buru-buru menuju kamar untuk menghindari Sonaka, tetapi gagal. Sonaka berhasil menyusul sebelum petugas menutup pintu, dan dia menolak keluar.

Senandung Jazirah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang