4: Konsekuensi Bertahan Hidup

499 134 27
                                    

Ava mengerjap di tempat tidur, dia baru saja siuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ava mengerjap di tempat tidur, dia baru saja siuman. Posisi duduk Khara dan Sorran yang mengapitnya di ranjang tidak membantu pemulihan sama sekali. Kepalanya malah makin pening.

"Ini siapa?" Khara menunjuk Sorran.

"Ibuku," jawab Ava pelan. Tangannya mendorong Khara menjauh. "Menyingkir, aku mau ambil minum."

Sorran mengambil gelas di nakas mendahului puterinya kemudian menyodorkan langsung ke bibir Ava. Ava menegakkan tubuh, setelahnya, air diteguk hingga gelas kosong.

"Berapa lama aku pingsan?" Ava menatap Sorran setelah melihat langit jingga di balik jendela.

"Hampir satu hari." Sorran menyentuh dahi Ava.

Dalam ingatannya yang samar, Ava merasa dia memimpikan seekor anjing di tepi danau. Ava tidak pernah punya hewan peliharaan. Memelihara hewan akan menambah beban biaya dalam kehidupannya yang serba terbatas, jadi dia hanya mengamati hewan-hewan liar dan berbagi kudapan jika ia punya.

Pikiran Ava kembali pada sosok bayangan jangkung dan roh yang tertawa di tengah kericuhan. Ia mendapati beberapa perban membalut tungkai kakinya, pasti karena ia melecutkan akar ke bayangan jangkung dan membelah roh. Tangan Ava menepuk-nepuk kepala, seingatnya, sebelum pingsan kepalanya terbakar.

"Rambutmu berubah jadi merah. Gada yang mengangkatmu saat pingsan, panik sekali wajahnya, seharusnya kau lihat," lapor Khara. "Kau pingsan setelah ledakan. Orang Dhatu merasa kau sudah melakukan sesuatu, apa yang kau lakukan?"

"Menyelamatkan teman-temanku." Ava membela diri. Kecemasan merasukinya tanpa ampun, Ava menyadari risiko pilihannya. Membelah roh-roh yang berkeliaran dilakukannya lewat energi fisik, sekarang dia dihantui kekhawatiran kesadarannya bakal merosot dan begitupula kemampuannya berpikir jernih. "Di mana Kalki?"

"Tidak ada di sini, Gada bilang dia sedang ada tugas," sahut Sorran. "Kalau dia ada di sini, pasti bisa mengobatimu lebih cepat."

"Satu hari sudah tergolong cepat untuk kesembuhan Penyingak yang mengangkat isi bumi ke permukaan, Bibi Sorran ."

"Bag... bagaimana dengan yang lain?" Ava bertanya dengan cemas.

Sorran dan Khara saling lirik, Sorran mengangguk pada Khara. Khara menarik nafas dalam. "Polisi menahan orang-orang Dhatu. Banyak yang terluka, balairung dievakuasi sepenuhnya. Gada sudah mengurus teman-teman yang ditahan, mereka bekerjasama dengan lembaga hukum untuk membebaskan mereka."

"Lagipula tuduhannya juga tidak terlalu kuat, mereka dituduh memicu kericuhan tanpa ada bukti." Sorran menimpali.

"Siapa yang memulai kericuhan?"

Saat ini Ava bisa mereka-reka arah nasibnya. Jika ada yang mendeteksi kejadian sebenarnya, kemungkinan besar dia bakal diburu, bukan hanya oleh polisi tapi juga pendeta-pendeta Tri Kasta yang tidak pernah nyaman dengan eksistensi Penyingak Thaka.

Senandung Jazirah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang