"Lihat, itu mereka!"
"Mana?"
"Disebelah anak jangkung berambut merah."
"Yang pakai kacamata?"
"Yang pendek?"
"Kau lihat bekas lukanya?"
Bisikkan-bisikkan itu terus mengikuti mereka setelah mereka keluar dari asramanya. Pagi itu anak-anak yang sedang antre di depan ruang-ruang kelas berjingkat untuk bisa melihatnya,atau berjalan balik di koridor agar bisa berpapasan lagi dengannya, lalu menatapnya. Harryingin sekali mereka tidak begitu, karena mereka harus berkonsentrasi untuk menemukankelasnya.
Ada seratus empat puluh dua tangga di Hogwarts: ada yang lebar, landai, sempit,berkeriat-keriut, tangga yang menuju tempat berbeda setiap hari Jumat, beberapa lagidengan satu anak tangga yang hilang di tengahnya, sehingga kau harus ingat untukmelompat.
Kemudian ada lagi pintu-pintu yang tidak mau membuka kalau kau tidakmemintanya dengan sopan, atau menggelitiknya pada tempat yang benar, dan pintu-pintuyang sebenarnya bukan pintu, melainkan dinding tebal yang cuma pura-pura jadi pintu.
Jugasangat sulit untuk mengingat benda apa ada di mana, karena segalanya tampaknyapindah-pindah terus. Orang-orang dalam lukisan tak hentinya saling mengunjungi dan mereka yakin baju-baju zirah itu bisa berjalan.
"Harry? Ron?" seru (Y/n), setelah melamun beberapa saat kini sang gadis sadar bahwa dia telah kehilangan sosok kedua sahabatnya. "Wah, lihat apa yang kita punya disini. Nona muda keluarga Haverson."
Menghembuskan nafas dengan kasar (Y/n) membalikkan tubuhnya. Disana tampak penampakkan pria dengan seragam asrama Slytherin "Apa yang kau mau Malfoy?" ujar (Y/n) dengan nada datar.
Pria itu beberapa kali mengetik dagunya dengan jari telunjuk "Uhm, bagaimana dengan ini?" tangan Draco meraih Niffler yang bersembunyi di kerudung (Y/n). Terkejut, sang gadis berusaha merahin Niffler yang dipegang oleh Draco.
Hewan itu memeluk sebuah galleons, pelukkannya terlihat sangat erat pada koin emas tersebut. "Malfoy, kembalikan Nifflerku." Nadanya di penuhi dengan penegasan. Wajah (Y/n) tampak sangat kesal.
Tubuh (Y/n) yang mungil tidak dapat membantunya menggapai Niffler yang di pegang Draco tinggi-tinggi. "Hey, jangan ganggu dia!" seruan itu membuat Draco sedikit terkejut. Dari belakang (Y/n) muncul pria tegap.
"Dan kenapa aku harus melakuakn itu?" balas Draco dengan jutek, Cedric melipat tangannya didepan dada. Pria itu menaikkan salah satu alisnya "aku bisa saja melaporkan ini para professor sebagai aksi bullying."
Sembari mengatakan "my father will hear about this," Draco berjalan menjauh dari mereka. Niffler yang sedari tadi dia pegang dilemparnya kearah Cedric. Untung saja sang pria dengan sigap menangkap sang Niffler.
"Aku yakin ini adalah milikmu," Memberikan Niffler yang berada di tangannya kepada (Y/n). Cedric tersenyum ramah "Terima kasih," ujar (Y/n) mengelus kepala sang Niffler. Pria surai coklat gelap itu mengangguk lalu mengelus kepala (Y/n).
"Kau masih kelas satu, bukankah kau harusnya dikelas?" pertanyaan itu bagaikan sambarna petir yang membuat tubuh (Y/n) membeku. "Aku sebenarnya tidak tau jalan ke kelas," gumam sang gadis berharap tidak di dengar oleh kakak kelasnya.
Tapi dewi fortuna kali ini tidak berpihak padanya "hmn? apa kelas pertamamu?" (Y/n) melirik kejadwal lalu kembali menatap Cedric "transfigurasi," jawabnya singkat. "Baiklah, ikuti aku sebelum kau telat."
Tangan pria itu menggapai dan mengenggam tangan (Y/n). Mereka mulai berlali dilorong kastil hingga keduanya berhenti dihadpaan sebuah pintu "disini kelas trasnfigurasi. Aku pergi dulu, kelasku sebentar lagi akan dimulai," tak butuh waktu lama sosok pria itu sudah menghilang dari pandangan.
Measuki ruang kelas, kaki (Y/n) berjalan kearah Hermione. "Darimana saja kau? dimana Ron dan Harry?" ujar Hermione setengah berseru setengah berbisik. "Aku kehilangan mereka di jalan kemari, dan Malfoy mengangguku."
Pelajaran di mulai namun Ron dan Harry belum juga terlihat. Saat Professor McGonagall sedang menjelasan, pintu kelas terbuka dan tampak dua sosok pria. Nafas mereka terengah-engah karena berlari.
Keadaan menjadi sedikit canggung, tetapi berlalu setelah sang Professor menyuruh kedua muridnya untuk duduk. "Transfigurasi adalah salah satu ilmu sihir yang paling rumit dan paling berbahaya yangakan kalian pelajari di Hogwarts,"katanya.
"Siapa pun yang mengacau di kelas akan dikeluarkan dan tidak boleh ikut lagi.Kalian sudah diperingatkan."Kemudian dia mengubah mejanya menjadi babi dan menjadi meja lagi. Anak-anaksemua sangat kagum dan tak sabar ingin memulai, tetapi segera menyadari bahwa masihlama lagi sebelum mereka bisa mengubah perabot menjadi binatang.
Sesudah membuat banyak catatan yang rumit, masing-masing diberi sebatang korekapi dan mulai mencoba mengubahnya menjadi jarum. Pada akhir pelajaran, hanya HermioneGranger yang berhasil membuat perubahan pada korek apinya.
Profesor McGonagallmenunjukkan pada seluruh kelas bagaimana korek api Hermione menjadi keperakan dantajam dan melayangkan senyum langkanya kepada Hermione.Pelajaran yang ditunggu-tunggu semua anak adalah Pertahanan terhadap Ilmu Hitam,tetapi pelajaran Quirrell ternyata kesannya main-main.
Ruang kelasnya sangat berbaubawang putih, yang kata semua orang untuk mengusir vampir yang pernah ditemuinya diRumania dan Quirrell takut si vampir akan datang untuk menyerangnya setiap saat.
Turbannya, dia memberitahu anak-anak, dihadiahkan kepadanya oleh se-orangpangeran Afrika, sebagai ucapan terima kasih atas jasanya mengusir zombie yangmerepotkan, tetapi anak-anak tidak begitu mempercayai cerita ini.
Soalnya, ketika Seamus Finnigan dengan bersemangat bertanya bagaimana Quirrell melawan zombie itu, wajahQuirrell langsung merah dan dia mulai bicara tentang cuaca. Lagi pula, anak-anak mencium bau aneh di sekitar turban itu dan si kembar Weasley ngotot turban itu penuh bawang putihjuga, sehingga Quirrell terlindungi ke mana pun dia pergi.
.....
"Apa pelajaran kita hari ini?" Harry bertanya kepada Ron sementara dia menuangkangula ke buburnya."Ramuan, dua jam pelajaran, bersama anak-anak Slytherin,"kata Ron.
"Snape kepala Asrama Slytherin. Orang-orang bilang dia pilih kasih dananak-anak Slytherin selalu jadi anak emasnya—kita lihat saja nanti, apakah betul begitu."
"Mudah-mudahan saja kita jadi anak emas McGonagall,"kata Harry. "Jangan terlalu yakin kawan, Professor satu itu cukup tegas loh," sambung (Y/n). Profesor McGonagall adalah kepala Asrama Gryffindor, tetapi dia tetap sajamemberi mereka banyak sekali PR hari sebelumnya.
Pagi itu mereka duduk memakan sarapan di aula bersama asrama lain, saat itu pos tiba. Sekarang (Y/n) sudah terbiasa dengan itu, tetapi pada pagi pertamamenyaksikan pos datang, diasedikit shock, karena kira-kira seratus burung hantutiba-tiba saja meluncur masuk ke dalam Aula Besar ketika mereka sedang sarapan, mengitarimeja-meja sampai mereka melihat pemilik mereka dan menjatuhkan surat atau paket kepangkuan mereka.
Sejauh ini (Y/n) belum pernah diantarkan apapun oleh Goldie. Goldie atau lebih tepatnya Goldhiner adalah nama Thunderbird milik sang gadis. Pernah sekali thunderbird itu terlepas dan membuat geger satu sekolah karena badai petir yang disebabkan oleh hewan berbulu emas itu.
Bukan hanya thunderbirdnya, namun Niffler milik (Y/n) juga tidak jarang pergi mencuri benda benda yang berkilau. Terkadang (Y/n) sendiri kelabakan untuk mengurus kedua hewan peliharaannya.
To be continue.....
.
.
.
.
.⋯ ⊰ ✿ ⊱ ⋯
Note :
Maaf gais pendek dulu, Leila ada urusan soalnya.
⋯ ⊰ ✿ ⊱ ⋯
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑡ℎ𝑒 𝑒𝑥𝑡𝑟𝑎𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑟𝑦 𝑤𝑖𝑡𝑐ℎ
FanfictionDitendang keluar dari panti asuhan, (Y/n) harus bertahan hidup sendiri dari umur 8 tahun. Kehidupan (Y/n) Haverson berubah setelah mendapat sebuah surat entah dari siapa. Malam itu, malam yang sama seperti malam lainnya. (Y/n) baru akan bersiap untu...