Chapter 5

4.4K 755 70
                                    

Mendorong trolinya secara perlahan (Y/n) melirik kearah tiket yang dia pegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendorong trolinya secara perlahan (Y/n) melirik kearah tiket yang dia pegang. Peron sembilan tiga perempat? setau dirinya tak ada peron dengan angka itu. Tapi semua hal mungkin terjadi kan? jadi kenapa tidak.

"Permisi, apa kau tau dimana peron sembilan tiga perempat?" suara familiar memasuki pendengaran. Memutar kepalanya (Y/n) mendapati sosok Harry yang juga sedang mendorong sebuah troli.

Di trolinya tampak sebuah sangkar berisi burung hantu, bulu hewan itu berwana putih bersih "Harry!" seruan (Y/n) berhasil membuat sang pria menoleh kearahnya. "(Y/n)? kenapa kau ada disini?"

Tersenyum mendengar suara Harry, (Y/n) spontan langsung memeluknya "kemana saja kau? sudah beberapa bulan kita tidak bertemu," sedikit terkejut dengan sikap (Y/n). Tak lama setelahnya Harry membalas pelukkan sang gadis.

"Saat kaki nyonya Figg patah, aku jadi harus ikut dengan dursley. Kau tau mereka bahkan tak membiarkanku tinggal sendirian dirumah," ujar Harry sambil melepaskan pelukkannya. Mereka mulai berjalan membawa troli sambil mengobrol.

Keduanya mencari peron sembilan perempat dengan penuh kebingungan. Saat itu serombongan orang lewat di belakangnya dan tertangkap olehnya beberapakata yang diucapkan.

"... penuh Muggle, tentu saja..."Harry dan (Y/n) langsung membalik. Yang bersuara seorang wanita gemuk, bicara kepada empatanak laki-laki, semua dengan rambut merah manyala. Masing-masing mendorong koperseperti milik Harry dan (Y/n) di depan mereka-dan mereka punya burung hantu.

"Sebaiknya kita ikuti saja mereka," ujar (Y/n), dengan gugup kakinya mulai melangkah mendekati sang wanita, diikuti oleh Harry. Jantungnya berdegup dengan kesar sering kakinya melangkah.

"Peron berapa?" tanya ibu anak-anak itu."Sembilan tiga perempat!" terdengar suara nyaring anak perempuan, juga berambutmerah, yang menggandeng tangannya. "Mum, apakah aku tidak boleh..."

"Kau belum cukup umur, Ginny sekarang diam dulu. Baiklah, Percy, kau duluan yang masuk." Anak yang kelihatannya paling tua berjalan menuju peron sembilan dan sepuluh. Harrymengawasi, bertahan tidak berkedip, takut kalau-kalau ada sesuatu yang tidak dilihatnya.

Tetapi pas ketika anak itu tiba di pembatas antara peron, serombongan besar turis lewat di depannya dan ketika ransel terakhir sudah menyingkir, si anak sudah lenyap. Tntunya hal ini membuat (Y/n) terkejut sekaligus kagum.

"Fred, kau berikutnya," si wanita gemuk berkata."Aku bukan Fred, aku George," kata si anak.

"Astaga, Mum!Katanya ibu kami, masa tidak bisa membedakan bahwa aku George?"

"Maaf, George."

"Cuma bergurau, aku Fred," kata si anak, lalu langsung pergi. Sekarang saudara ketiga berjalan cepat menuju ke palang rintangan tiket-dia nyarissampai-dan mendadak, dia lenyap.Hilang begitu saja.

"Permisi" kata Harry kepada si wanita berambut merah. "Halo, Nak," katanya. "Baru pertama kali ke Hogwarts, ya?Ron juga baru." Dia menunjuk anak laki-lakinya yang terakhir dan termuda.

𝑡ℎ𝑒 𝑒𝑥𝑡𝑟𝑎𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑟𝑦 𝑤𝑖𝑡𝑐ℎ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang