PERHATIAN!
Diharapkan baca Chap sebelumnya dulu agar tidak lupa alur^^Happy Reading🐥
***
"Lu tau siapa Rafa?"
Keadaan seketika hening, Axel tidak langsung menjawab pertanyaan yang El lontarkan untuknya. Ia mnatap anak itu lekat sebelum akhirnya helaan nafas terdengar dari mulut laki laki itu.
El setia menunggu jawaban yang akan Axel berikan, karena ia yakin Axel mengetahui Rafa, sesuatu(?) aneh yang akhir akhir ini sering mengambil alih kesadarannya. Jujur saja ia sedikit penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi padanya dimasa lalu, dan El yakin kepingan masa lalunya itu diketahui oleh Axel.
"Gw nggak bisa cerita banyak, soalnya gw juga nggak tau persis apa yang terjadi antara lu dan adik gw hari itu."
Alis El menukik bingung, "adik?"
Axel menyenderkan tubuhnya pada tembok pembatas, mengadah kearah langit mendung diatasnya. "Ya, lebih tepatnya adik sepupu gw. Waktu itu dia masuk rumah sakit karena kecelakaan," ujar Axel tersenyum getir kembali mengingat kenangan buruk itu dalam hidupnya.
"Kecelakaan?" beo El.
Setelah mengingat lagi, El sadar ia juga pernah memimpikan kecelakaan itu juga. Tapi yang ia ingat, waktu itu yang tertabrak mobil adalah dirinya alias Rafa yaitu dirinya dimasa lalu. Masa adik sepupu yang Axel bilang itu adalah El.
Ya, sebenarnya El juga nggak tau apa kelanjutan dari mimpinya itu. Soalnya mimpinya pada saat itu menggantung, ia tidak tau apa yang terjadi setelahnya. Mungkin saja ada orang yang menyelamatkannya waktu itu, dan orang yang menyelamatkannya itu adalah adik sepupunya Axel-
atau adik sepupu Axel itu anak kecil yang masuk rumah sakit di mimpinya?
El kembali menatap kearah Axel, "maaf sebelumnya. Apa adik lo itu udah meninggal?" tanya El hati hati karena tidak ingin menyinggung Axel.
Helaan nafas lagi lagi terdengar, "ya."
"Oh, m-maaf. Gw nggak bermaksud," ujar El gugup takut kalau kalau Axel tersinggung dengan pertanyaan tidak sopannya.
Axel tersenyum, tangannya bergerak mengelus puncak kepala El. "Santai, nggak usah gugup gitu. Gw nggak marah kok," ujar Axel dengan senyuman hangatnya.
Tak lama bel masuk berbunyi, manglihkan perhatian keduanya. Sepertinya percakapan mereka harus berhenti sampai disini, padahal El masih ingin menanyakan beberapa pertanyaan lagi. Tapi, mungkin bisa ia tanyakan lain kali. El sudah mendapatkan gambaran besar tentang apa yang terjadi padanya sepuluh tahun yang lalu.
"Masuk kelas sana," titah Axel.
"Lu nggak ikut masuk kelas?" tanya El.
Axel menyuruh El untuk masuk kelas, sedangkan ia sendiri malah tetap diam tanpa ada niatan untuk bergerak.
Axel mengeluarkan sebatang rokok, membakar batang tembakau itu dengan koreknya, setelahnya menghisap ujung batang rokok itu. Axel menghembuskannya perlahan keudara, kepulan asap keluar dari mulutnya, "gw mau bolos." Itu jawaban singkat untuk pertanyaan El tadi.
"Sebenarnya gw pengen ikutan bolos, tapi kayaknya Al lagi nyariin gw deh. Gw balik kelas dulu ya bang," ujar El setelahnya berjalan untuk turun dari rooftop menemui sahabatnya.
Saat turun kebawah, El sempat memikirkan hal hal yang mungkin saja terjadi paska kecelakaan itu. Ia berfikir mungkin saja ada yang Al atau kedua abangnya tau tentang kecelakaan sepuluh tahun lalu. Mungkin El bisa coba bertanya kepada mereka nanti, ia hanya ingin hidup normal tidak dengan syndrome aneh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Space
Teen FictionBagaimana cara menghadapi si Bungsu, jika tiba tiba ia menjadi pribadi yang berbeda? Sepertinya kedua Abangnya berada dalam masalah besar, "Ini si El mau diapain?" "Untuk sekarang biar saja seperti ini dulu, kita juga belum tau penyebab El jadi kaya...