"Niken, dia adik lu ya?"
Axel menatap El Lamat sebelum memutuskan menjawabnya.
"Ya, dia adik gw."
"Niken meninggal karena kecelakaan?" tanya El ragu, ia tidak ingin kembali membuka luka lama yang selama ini sudah berhasil Axel tutup rapat.
Axel menghela nafasnya. "Ya, dia mati karena nyelamatin bocah ceroboh kayak lo."
El menunduk, ia merasa bersalah.
"Maaf."
"Untuk apa minta maaf, udah kejadian juga. Gw cuma heran kenapa lo nggak datang lagi setelah kejadian itu." Axel menjawab lagi dengan nada biasa, seakan ia sudah berdamai dengan keadaan.
"Kata abang setelah kejadian itu gw demam tinggi, terus nggak ingat apa apa lagi."
Axel mendengar dengan seksama, lalu mengangguk setelah pernyataan El. "Ya wajar sih, pasti lo kaget juga ya karena kejadian itu. Kondisi Niken saat itu juga buruk banget. Mungkin alam bawah sadar lo sengaja ngehapus memori tentang hari itu."
El menghela nafas lesu. "Tapi gw juga jadi ngelupain memori gw bareng Niken."
"Dua teman pertama gw sebelum Al," lanjut El tersenyum.
"Wkwkk, lucunya kata terakhir yang Niken ucapin saat masa keritis itu bukan nama gw atau orang tuanya. Dia manggil nama lo El," kekeh Axel saat mengingat kembali tubuh penuh darah Niken di pangkuannya, bocah itu tampak mencari seseorang dan memanggil nama yang tidak Axel duga duga.
"Sangking takutnya, lo sampai lari dari sana."
"Yah wajar sih, pemandangan mengerikan itu sama sekali nggak wajar untuk dilihat bocah kayak lo dulu. Lo pasti ketakutan banget ya? Sayangnya gw juga takut." Nada Axel mulai bergetar saat bercerita, matanya mulai berkaca.
Memori itu kembali hadir di pikirannya. Kalau bisa memilih, ia juga ingin memori mengerikannya itu juga dihapus seperti yang terjadi dengan El.
Tubuh mengenaskan Niken membuatnya tidak mampu untuk kembali mengingat pada kejadian itu.
Tapi seakan melekat, memori ini tidak bisa hilang.
Seakan Axel harus mengingatnya selalu.
Mengingat tentang seberapa hancurnya tubuh sang adik pada pangkuannya saat itu.
Axel beralih menatap tangannya yang tampak bergetar. "Bahkan sampai sekarang gw masih bisa ngerasain darah itu mengalir ditangan gw. Saat itu mengerikan El, gw nggak mau nginget kejadian itu lagi. Gw takut."
Runtuh juga akhirnya.
Axel yang selama ini dihantui rasa takut karena selalu terbayang akan hal yang terjadi 8 tahun lalu.
Sosok yang seakan sudah berdamai dengan kenyataan akhirnya menampilkan sosok aslinya.
Axel adalah orang yang paling takut mengingat kejadian itu.
El terdiam, ia tidak tau harus berbuat apa.
Selama ini ia tidak pernah berada diposisi seperti ini, ia tidak tau cara menenangkan seseorang. El takut apa yang dikatakannya nanti malah memperburuk suasana. Tapi, tidak mungkin ia membiarkan Axel semakin terpuruk dalam keadaan seperti ini.
"Lo mau makan bang? Sini gw teraktir."
Nilai El minus kalau soal menenangkan seseorang.
Karena biasanya ia yang dibujuk biar tenang, hehe.
*****
Keduanya sedari tadi diam. El sama sekali tidak menyentuh makanannya, diotaknya ia tengah memikirkan apa yang harus ia katakan pada Axel setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Space
Teen FictionBagaimana cara menghadapi si Bungsu, jika tiba tiba ia menjadi pribadi yang berbeda? Sepertinya kedua Abangnya berada dalam masalah besar, "Ini si El mau diapain?" "Untuk sekarang biar saja seperti ini dulu, kita juga belum tau penyebab El jadi kaya...