CHAPTER 13

9.1K 1K 25
                                    

Holla~



Celvin yang lupa memberi tahukan Alano tentang El yang sudah kembali sedikit menimbulkan masalah!

Mulainya drama,

"Siapa Rafa?" tanya El heran.

Untuk kedua kalinya orang terdekat El memanggilnya dengan sebutan Rafa,

ada apa sih dengan otak semua orang?!

El tau kalau namanya itu Rafael, tapi kan biasanya juga mereka memanggil dirinya dengan sebutan El. Lalu kenapa tiba tiba saja mengganti nama panggilannya tanpa ada persetujuan darinya?!

Ck, aneh semua.

Enggak kedua Abangnya, enggak sahabatnya sama sama aneh.

Ada apa sih?!

"Kalian kenapa sih?! Gw El bukan Rafa!" kesal El.

"El?" ulang Alano.

Hancur sudah mood El, kemarin Abangnya yang memanggil El dengan sebutan Rafa. Sekarang ketiga sahabatnya juga ikut ikutan memanggilnya dengan sebutan Rafa,

apa apaan itu?!

Aneh tau!

Mereka pikir di dalam diri El ada dua orang apa?!

Nggak mungkin banget tau nggak!

El bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari kelas, mengabaikan teriakan ketiga sahabatnya.

Tujuan El kini adalah kantin sekolah, ia ingin beli minuman. Kepalanya panas sedari tadi memikirkan tentang keanehan semua orang, ia butuh minuman dingin untuk menyegarkan kepalanya.

El berjalan kearah kulkas, dan mengambil sebotol minuman didalamnya.

"Makasih," ujar El singkat setelah membayar minumannya.

Penjaga kantin menjawab ucapan terima kasihnya, El berbalik dan segera keluar dari kantin itu.

Tujuan El selanjutnya adalah Rooftop sekolah.

Diperjalanan banyak sekali orang yang tersenyum kearahnya, tapi El mengabaikannya dan tetap berjalan santai menuju tempat tujuannya.

Tapi aneh sekali,

sejak kapan mereka mau tersenyum kepada El?

Bukannya sudah jelas El tidak akan membalas senyumannya?

Lagian juga nggak biasanya mereka tersenyum pada El,

aneh'

Kakinya bergerak menaiki anak tangga satu per satu, tangga yang akan mengantarkan El ke Rooftop tempat ia akan memperbaiki moodnya.

El juga sedang berfikir tentang kemungkinan kemungkinan apa saja yang membuat semua orang memanggilnya dengan sebutan Rafa. Karena menurut El panggilan itu sedikit aneh, dan terdengar asing bagi telinganya.

El sedikit tidak sudah dengan panggilan itu,

panggilan yang aneh.

Tampak jelas kerutan pada kening El, cukup untuk menandakan kalau anak itu berfikir cukup keras. Menganalisa kemungkinan yang terjadi pada dirinya selama beberapa Minggu terakhir, karena memang ingatan El sedikit samar beberapa Minggu belakangan ini.

Mungkin keanehan Abang dan Sahabatnya berhubungan dengan samarnya ingatan El,

tapi apa itu?

Apa yang membuat mereka bertingkah aneh?

"Hah, ayolah berfikir otak!" teriak El yang ia tujukan untuk otaknya sendiri.

Tangan El memukul kepalanya, berharap hal itu bisa mengembalikan ingatannya dari dua Minggu belakangan ini.

"Si Bocil pantes aja amnesia, kerjanya mukul kepala nggak jelas ternyata."

El melirik sini kearah Axel.

"Siapa ya?"

"Gw Axel, salam kenal."

Batin El merutuki orang yang bernama Axel dihadapannya, orang yang berlagak sok dekat seakan mereka sudah kenal dari lama.

Ck, apa apaan itu?!

Menjijikkan_-

"Ngapain Lo ke sini?" tanya El tidak memperdulikan perkenalan Axel.

Axel menarik sebelah alisnya keatas.

"Kenapa? Nggak boleh?" tanya Axel sewot.

Dari pada menjawab pertanyaan Axel, El lebih memilih untuk mendudukkan dirinya pada bangku yang tersedia di Rooftop itu. Memejamkan matanya berusaha untuk kembali mendinginkan pikirannya, dan kembali mencoba mengingat ulang memori samar saat dua Minggu yang lalu.

El melirik kearah samping, dilihatnya Axel juga ikut duduk disebelahnya.

"Jauh jauh sana," ujar El mengibaskan tangannya.

"Males."

El menggeram kesal, orang ini benar benar menyebalkan!

"Ngapain sih, pergi sana!" kesal El.

Ck, orang menyebalkan!

"Dih ngatur," jawab Axel.

El berusaha untuk menahan emosinya, menarik nafas dalam dalam dan dengan perlahan ia keluarkan. Berharap dengan ia melakukan itu, emosinya yang akan mencapai puncak segera turun.

Lalu hanya ada keheningan,

El yang sibuk mengingat kembali tentang apa yang terjadi dengannya dua Minggu belakangan dengan Axel yang hanya diam memperhatikan El yang tampak kesusahan mengingat kembali memorinya.

"Lo beneran nggak ingat?" tanya Axel tiba tiba.

"Apa?" jawab El tidak mengerti.

"Lo lupa kalau kita pernah ketemu?" tanya Axel setelahnya.

Alis El menukik, ia bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. El sama sekali tidak ingat kalau mereka pernah bertemu sebelumnya, apakah memori El tentang pertemuannya dengan Axel juga menghilang?

Tapi kenapa?

Kok bisa?

Apa yang terjadi sebenarnya?

"Bisa Lo ceritain tentang hari itu?" tanya El.

Bisa saja pertemuannya dengan Axel memiliki petunjuk tentang memorinya yang hilang, dan semoga saja jawaban Axel bisa membantunya untuk kembali mengingat memori samar itu.

Axel berdiri dari duduknya,

El mengernyit bingung.

"Kenapa?"

"Cari tau sendiri," jawab Axel singkat.

El merengut bingung, ia tidak mengerti dengan maksud Axel mengatakan bahwa ia harus mencari tahunya sendiri.

Kalau Axel bisa mengatakannya, kenapa ia harus susah susah mencari tahunya?

Tidak bisakah Axel memberitahunya saja?

Apa sulitnya?

Kenapa Axel menyuruhnya mencari tahu sendiri?

Akh, semua pertanyaan konyol itu memenuhi pikirannya.

"Lo mau kemana?" tanya El yang melihat Axel berjalan menjauh darinya.

Axel sama sekali tidak memperdulikan pertanyaannya, ia hanya terus berjalan meninggalkan El sendirian.

El menghela nafasnya,

"Seburuk itu kah?"

~

Publish: 16 Oktober 2020✓
Revisi: -
To Be Continue✓

Little SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang