"Ughh, ini sakit."
El membuka matanya, lalu menyadari kalau kedua kakaknya tengah menatapnya khawatir.
"El?"
"Ya, ini El abang."
Arka langsung saja menyambar El dengan pelukan eratnya. Jujur, ia sangat khawatir tadi waktu El yang tiba tiba mengerang sakit pada kepalanya lalu pingsan. Arka pikir akan ada suatu hal buruk yang terjadi, tapi syukurlah El baik baik saja.
El tentu tidak menerima pelukan itu secara cuma cuma. El mencoba untuk melepaskan pelukan Arka karena ia sudah merasa sesak.
"Abang, sesak!"
El menepuk punggung Arka beberapa kali agar abangnya ini melepas pelukan mautnya.
El bisa mati jika seperti ini terus.
"Tetap seperti ini. Abang takut kamu pergi," lirih Arka. Dilonggarkannya sedikit pelukan itu agar tidak membuat El terlalu sakit. Arka takut terjadi suatu yang buruk dengan adik kecilnya ini.
El terdiam, lalu memutuskan untuk membalas pelukan hangat abangnya.
"El disini abang," ujar El sambil mengelus pelan rambut Arka. El mencoba untuk sedikit menurunkan egonya.
Pelukan itu berlangsung selama beberapa menit. El yang terus membisikkan kalimat penenang, sambil mengelus punggung dan rambut Arka secara bergantian agar abangnya ini bisa sedikit lebih tenang.
Calvin sedari tadi hanya diam memperhatikan. Tak berniat mengganggu.
Setelah lebih baik, Arka melepaskan pelukanya.
"Hehe, maaf ya El." Arka tersenyum dengan muka bodohnya, dengan mata sembab karena kebanyakan nangis. Bahkan sejak El pingsan, Arka tak pernah absen mengeluarkan air matanya, dia bilang takut kalau El akan meninggalkannya.
"Iya, gpp. El disini kok. Besok kalau abang nggak nemuin El di kamar, berarti El lagi disekolah."
Arka menangguk.
"Sana cuci muka dulu. Jelek banget," titah Calvin.
Arka menangguk lesu, "iya." Lalu Arka berjalan keluar untuk mencuci mukanya agar terlihat lebih baik.
Calvin yang kini berjalan kearah El.
"Ada yang sakit El?"
El mengangguk. "Hum, ya, kepala El sedikit pusing."
"Perlu abang panggil Stella?"
"Nggak usah bang, cuma pusing biasa kok."
Calvin menghela nafasnya, ia lalu duduk ditepi ranjang tepat disamping El yang tengah berbaring. Tangan besar itu mengusap rambut El pelan, takut takut membuat anak itu kesakitan.
"Abang khawatir sama kamu."
"Maaf," gumam El, ia menikmati elusan yang Calvin lakukan untuknya.
"Arka juga, dia sangat takut kamu pergi katanya."
El jadi ngerasa bersalah kalau kayak gini.
"Maaf, abang. El nggak bermaksud buat abang khawatir. El benar benar minta maaf kalau selama ini El selalu buat kalian kesusahan," lirih El sambil meremat pelan selimut yang tengah ia genggam.
Calvin tersenyum, ia lalu bergerak memeluk El.
Yah, Calvin cemburu melihat Arka yang bisa memeluk El yang dulunya sama sekali tidak ingin disentuh. Tentu ia juga ingin merasakan pelukan dari adik manisnya ini.
"El adik abang. Sudah sewajarnya El menyusahkan abang."
El juga ikut memeluk abangnya.
"Maaf abang," gumam El sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Space
Teen FictionBagaimana cara menghadapi si Bungsu, jika tiba tiba ia menjadi pribadi yang berbeda? Sepertinya kedua Abangnya berada dalam masalah besar, "Ini si El mau diapain?" "Untuk sekarang biar saja seperti ini dulu, kita juga belum tau penyebab El jadi kaya...