El belum bisa menerima sepenuhnya tentang kejadian yang menimpa Niken di masa lalunya.
Niken adalah adik dari Axel. El dan Niken bertemu pertama kali di taman kota, dan sejak saat itu mereka berteman dan sering bermain bersama. El adalah teman pertama dan satu satunya yang Nilen punya. Niken menyayangi El sangat besar, bahkan lebih dari dirinya menyayangi kehidupannya sendiri. Bukti nyata yang Niken berikan tentang rasa sayangnya itu sudah ada. Niken mempertaruhkan nyawanya untuk menjadi penyelamat bagi El/Rafa.
Rafa.
Sosok yang menjadi refleksi El yang masih belum bisa menerima sepenuhnya tentang kejadian dimasa lalunya yang menimpa Niken.
El.
Sosok defensive Rafa, tidak lagi ingin menjadi sosok yang lemah. Tidak ingin kejadian di masa lalunya terjadi lagi, dengan mengorbankan orang tersayangnya. El tidak mau kehilangan orang orang berarti lagi. El tidak boleh manja, El tidak boleh cengeng, El harus bisa setidaknya melindungi dirinya sendiri agar tidak ada lagi orang yang kerepotan untuk menjaganya.
Jadi mana diri Rafael yang sebenarnya?
Dua duanya. Baik El maupun Rafa keduanya adalah sosok dari Rafael itu sendiri.
"Udah selesai bicara dengan Axel?"
El tersentak dari lamunannya, ia menoleh kearah Alano yang barusam menepuk pundaknya. Wajah El menampakkan senyum sendu.
"Udah.."
"Gimana?"
"Umm, ga gimana gimana?"
Alano terdiam sejenak, sebelum menanyak nama seseorang yang membuat Rafael dilema sekarang. "Who's Niken?"
"Temanku, dia adeknya bg Axel.." El tampak tengah mencari kalimat yang sesuai guna menjelaskan apa yang ia pikirkan kepada Alano. Tapi ia bingung, dengan panik ia memainkan kedua jari jempolnya, saling meremat satu sama lain. Bibirnya seakan terkunci, ia masih merasa bersalah. Percakapannya dengan Axel memang membuat El merasa sedikit lega telah mengetahui fakta dibalik semua yang terjadi pada dirinya, namun sekarang perasaan bersalah menyerangnya.
"Hei, hei thats okay.. you can telling me slowly, you got all my ear. Take a deep breath, and relax.. okay?"
El mencoba menenangkan dirinya.
"Feels better?"
"Ummn yeah, thanks Al."
"Mau lanjut? Atau lo bisa simpan cerita itu nanti, gw bisa nunggu buat itu." Alano menarik kepala El untuk mendekat kearahnya, ia mendekat anak itu. Di elusnya pelan rambut El yang sedikit lepek karena keringat, ah sahabatnya kelelahan.
"Niken.. dia ngorbanin diri buat gw saat kita masih 5 tahun." Alano tidak mengintrupsi, ia tetap diam dan mendengarkan sambil tetap membuat El berada dalan posisi yang tenang dan nyaman. "Dia teman pertama gw sebelum lo, d-dia manggil gw Rafa. Dia anak yang baik, kami sering bertemu di taman tiap minggunya."
El masih mencoba untuk melanjutkan ceritanya, "gw selalu minta mama atau abang untuk nganterin ke taman untuk ketemu Niken. Niken, dia sakit. Keterbatasannya buat Niken menghabiskan hampir separuh kehidupannya di rumah sakit. Untungnya letak taman dan runah sakit bersebelahan. Kita bertemu saat gw tersesat dan terpisah dari mama.. dia nyapa gw, dia bilang kalau dia mau berteman dengan gw."
"..."
"Sejak saat itu kami semakin sering berdua. Dari yang awalnya seminggu sekali, saat itu gw maksa untuk minta pergi tiga kali seminggu ke taman itu. Saat itu gw belum tau kalau Niken ternyata sakit." El meremat tangannya, mengingatnya membuat ketakutan tersendiri bagi El.
Alano dengan segera menggenggam tangan El, ia mengelusnya lembut. Upaya Alano berhasil, El kembali tenang.
El kembali melanjutkan ceritanya. "Suatu hari Niken tiba tiba jatuh di depan gw, gw kaget dan ga ngelakuin apa apa. Di umur gw yang 5 tahun iti, gw ga tau mau ngelakuin apa terhadap orang pingsan. Mahkota bunga yang awalnya mau gw berikan ke Niken jatuh. Saat hendak menghampiri tubuh Niken yang tergeletak, tiba tiba seseorang mengangkat tubuh Niken dan pergi dari sana."
Helaan nafas El kembali terdengar. "Sejak saat itu Niken ga pernah nemuin gw lagi ke taman. Terhitung sebulan semenjak hari itu."
"Awalnya gw mau udahan ngunjungin taman, sampai di kunjungan terakhir gw di taman itu seseorang menghampiri gw dan bilang kalau Niken ada di rumah sakit, orang itu bilang Niken nyariin gw."
"... jadi orang itu?"
El tersenyum, ia mengiyakan asumsi Al. "Ya, orang itu Axel."
"Axel ngajak gw ke rumah sakit buat jengukin Niken..." El terdiam sejenak, "dan gw ta pernah tau kalau itu kali terakhir gw ketemu Niken."
***
"AWAS...!"
Tubuh El tersentak, ia melamun lagi. Ah, kebiasaan buruknya. Sekarang semuanya terasa begitu lambat. Apakah ini juga fase dari kematian? Hahaha, itulah yang mungkin sirinya saat kecil pikirkan.
Saat hendak berjalan pulang, tubuhnya seakan tiak kerespon apapun di sekitarnya. Mungkin karena masuh memproses tentang apa yang tengah di hadapi temannya sekarang, Niken. El kecil berjalan tanpa arah, ia ingin kembali ketaman dan menunggu jemputan mamanya datang. Namum inilah kesalahannya, kesalahannya dalam menyebrang jalan yang membuat nyawa teman masa kecilnya terenggut.
"RAFA AWAS!"
Tubuh Niken terpental jauh, El kecil terpaku melihat kejadian itu. Tubuhnya bergetar. Tak butuh waktu lama untuk semua orang burkumpul di sekitar Niken. Semuanya berseru, beberapa orang segera menfatakan untuk membawa Niken keruh sakit. Bayang bayang tubuh kecil Niken yang terpental masih merekat erat didalam pikiran El. Saat itu tubuhnya benar benar bergetar. Semua kejadia mengerikan itu terjadi tepat didepan mata El kecil.
El berlari dari kerumunan.
El terus berlari dengan masi terbayang bayang akan kejadian yang baru ia alami. Kejadian megerikan di hidupnya yang memvuat satu nyawa orang yang berarti di hidupnya terenggut. El sampai di taman tempat ia biasa main bersama Niken. Ia menyembunyikan tubuhnya di balik pohon besar. El kecil menutup wajahnya sambil berharap kalau tidak ada orang lain yang akan dapat menemukannya.
Bahunya bergetar, isakan tangisnya terdengar.
"El, sayang kenapa?"
El takut takut menoleh kearah seseorang yang berhasil menemukan keberadaannya. "Bunda?"
El pindah dari kota itu cukup lama. Kota yang memberikan banyak momen bahagia dan juga tersimpan satu kisah tragis untuknya. Yah kota yang kini kemvali di tinggalinya. Saat El memasuki jenjang SMA, ia, papa dan kedua abangnya kembali pindah ke kota awal yang mereka tempati...
dengan Rafael yang melupakan semua kejadian masa kacilnya.
***
ready to end??
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Space
Teen FictionBagaimana cara menghadapi si Bungsu, jika tiba tiba ia menjadi pribadi yang berbeda? Sepertinya kedua Abangnya berada dalam masalah besar, "Ini si El mau diapain?" "Untuk sekarang biar saja seperti ini dulu, kita juga belum tau penyebab El jadi kaya...