13 Dec 1543
Hari ini aku berkunjung ke istana utama karena dipanggil oleh Yang Mulia Kaisar. Aku dibiarkan bersama Pangeran Alexander.
Tapi, Pangeran Alexander malah pergi menghabiskan waktunya sendiri tanpaku. Setiap aku mendekat, dia selalu mengusirku.
Apa dia sangat membenciku? Aku ... hanya ingin menghabiskan waktu bersama.
---
Sejak pagi tadi aku digiring oleh para pelayan untuk melakukan perawatan. Direndam dalam bak air penuh bunga dan dipijat dengan minyak aroma. Setelahnya aku digiring untuk memakai korset yang cukup menyiksa, juga crinoline yang sangat menyusahkan.
"Perhiasan biru ini cocok dengan pakaian Anda, Nona."
"Tidak, warna ungu lebih cocok untuknya, indah seperti rambut nona."
"Tidak, tidak, kalian salah, warna kuning akan lebih cocok, seperti mata nona."
Aku hanya bisa diam, membiarkan tiga pelayan yang dikirim Duchess Ashley berdebat. Baik aku maupun Caroline hanya bisa melempar pandang, seakan-akan berkomunikasi melaluinya.
"Nona, Anda terlihat sangat cantik."
Berbagai macam pujian dilontarkan oleh tiga pelayan asing itu. Mereka tersenyum begitu sangat lebar.
Tok tok tok!
Aku menoleh ke arah pintu dan berkata, Masuk.
Tak lama kemudian, seorang pria berkacamata memasuki ruangan. Mata kuning layaknya emas itu menatapku. Lengkungan bibir tercetak pada wajahnya.
"Apa kamu sudah siap, Adikku?"
Aku berkaca sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Sudah," ujarku seraya berdiri, "ayo."
---
Istana yang berdiri kokoh tampak megah. Nuansa abad pertengahan begitu kental di bangunan tersebut.
Ada beberapa bangunan di area Istana Kekaisaran. Yang pertama adalah gedung utama di mana aktivitas penting negara terjadi di sana, seperti rapat atau tempat menyambut tamu negara.
Di samping itu ada istana kaisar, istana permaisuri, istana selir, istana para pangeran, dan terakhir istana untuk putra mahkota. Ada pula gedung ballroom di mana pesta ulang tahun Putra Mahkota diadakan.
Jadi ada 7 bangunan besar di area Istana Kekaisaran.
Aku, Allende, Duke dan Duchess Ashley memasuki ruangan disertai pengumuman nama kami. Atensi para tamu yang telah hadir beralih pada kami. Berbagai macam ekspresi mereka tunjukkan. Tapi ... sepertinya yang paling buruk ditujukan kepadaku.
"Oh astaga, dia juga datang kemari?"
"Kupikir dia akan merasa malu dan tak akan datang."
"Astaga, memangnya dia punya malu?"
Aku dapat mendengar mereka semua. Semuanya menatapku seakan-akan melihat sampah. Tatapan jijik dan menghina. Paket komplit untuk seorang villainess.
Kami berempat langsung berpisah. Duke Ashley menyapa para petinggi; Duchess Ashley yang berkumpul dengan para nyonya bangsawan lainnya; Allende yang digiring ke dalam lingkar konversasi para tuan muda; dan aku yang diam di pojokan menatap hidangan di meja.
Banyak bangsawan muda maupun tua yang memerhatikanku dan bergosip. Entah bisa disebut gosip atau tidak karena mereka berbicara begitu keras. Aku sendiri tidak begitu peduli dengan mereka. Ini konsekuensi sebagai tokoh antagonis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Actually, I'm Not The Villainess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Letta yakin bahwa dirinya sudah meregang nyawa setelah merosot ke dalam jurang. Tapi saat ia membuka mata, ia malah memiliki tubuh baru! Awalnya dia berpikir hal ini keren karena seperti manhwa yang ia baca. Tapi Letta malah...