10

4K 509 40
                                    

5 Apr 1544

Pagi ini aku datang ke acara pesta teh yang diadakan oleh Lola. Tentu bukan hanya kita berdua, tapi ada Helena dan Tara.

Tapi hal tidak mengenakkan terjadi lagi. Lola dengan sengaja menuangkan teh ke pakaianku.

Tentu saja heboh. Aku marah besar karena baju yang aku pakai adalah pakaian yang diberikan ayah saat ulang tahunku tahun lalu.

Tapi ... kenapa mereka malah membela Lola? Dan kenapa Lola harus menangis dan membuatku disalahkan?

Memang salahkah aku marah jika barang kesayanganku ternodai?

---

Alexander membuang napas panjang. Ia menatap surat perintah yang baru saja kaisar berikan tadi. Ia memijat kepalanya yang terasa pening.

Ditambah lagi Aidan tak menunjukkan batang hidungnya sejak siang tadi. Ajudannya itu hanya memberikan berkas yang perlu diberikan kemudian pergi tanpa pamit. Dan benar-benar menghilang sampai saat ini.

Tok Tok Tok!

"Masuk."

Tepat setelah diberikan izin, sosok yang mengetuk pintu tadi segera masuk ke dalam. Dan dia adalah Aidan yang datang dengan cengiran khas miliknya.

Perasaan Alexander semakin buruk. Padahal ia memiliki beban pikiran karena surat perintah untuk menginspeksi di Kota Lagna, tapi Aidan malah datang dengan wajah senang.

"Yang Mulia~ apa Anda merindukan saya?"

Alexander memasang wajah kesalnya. Ia langsung melempar gulungan kertas yang ia baca tadi. "Ke mana saja kau, sialan?"

Aidan terkekeh. Ia menjawab seraya membuka kertas tersebut. "Saya melakukan perintah Anda, Yang Mulia."

Apalagi yang dia lakukan kali ini?

Hening.

Alexander mencoba menenangkan dirinya, berusaha melupakan masalahnya untuk sesaat. Sedangkan Aidan sibuk membaca surat perintah yang baru saja tuannya lemparkan.

"Kota Lagna ... ada di daerah barat," gumam Aidan, hingga tak lama ia menyunggingkan bibirnya karena sebuah ide baru saja muncul di kepalanya, "itu dia, hehehe."

Alexander yang hanya diam saja kembali kesal. Ia menatap Aidan tajam. Sungguh, demi apapun ia ingin menendang pria itu dari sini.

"Kalau kau tidak ada kepentingan lagi, cepat keluar. Bawa juga dokumen di atas meja itu. Aku mau istirahat."

Pemuda bersurai perak itu segera bangkit dan merebahkan tubuhnya di atas kasur, membenamkan kepalanya di bantal. Badannya yang terasa sakit semua mulai merasakan empuknya kasur dan tidak mau berpindah satu inci pun.

Sudah dua hari Alexander tidak tidur. Tentunya karena sibuk mengurus pameran karya seni tadi siang. Ini semua untuk mengumpulkan dana untuk rencana besok yang akan dia lempar kepada Aidan.

"Yang Mulia, apa Anda berencana mengunjungi Desa Rech?"

Alexander memiringkan kepalanya dan menarik napas dalam-dalam. "Bukankah itu desa di bawah kekuasaan Duke Ashley? Apa ada yang perlu kita lakukan?"

"Ah iya, saya belum memberitahu Anda jika nona Alicia sekarang sedang mengurus desa itu sejak beberapa hari yang lalu."

"Hm ... lalu?" tanya Alexander yang sudah memejamkan matanya.

Actually, I'm Not The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang