19

2.4K 293 25
                                    

25 Des 1545

Sebentar lagi tahun baru. Usiaku akan mencapai 15 tahun. Dan waktu bebasku semakin menipis. Satu tahun lagi aku akan melakukan pelatihan di istana.

Sesuai janji dengan yang mulia Kaisar beberapa tahun yang lalu, saat aku berumur 16 tahun, aku akan dilatih oleh guru di istana untuk persiapan menjadi permaisuri.

Aku tidak menyukai belajar, tapi aku rasa aku akan baik-baik saja selama bisa bertemu dengan Alex.

Ah ... mungkin aku akan sibuk mulai tahun baru nanti.

---

Keadaan di istana cukup mencekam siang itu. Para bangsawan yang berandil besar dalam membangun Kekaisaran Syein berkumpul di dalam satu ruangan.

Tidak, ini bukanlah acara perjamuan khusus di mana mereka akan menebar tawa dan mempererat koneksi satu sama lain.

Alasan mereka berkumpul adalah surat panggilan Kaisar Lucius untuk acara rapat yang diadakan setiap pertengahan bulan. Namun kali ini berbeda, atmosfer di istana lebih berat dari bulan lalu. Pasalnya, agenda rapat kali ini membahas hal-hal yang dapat membuat perubahan besar bagi negeri mereka.

Sebagai komandan utama ksatria hitam, Napoleon terpaksa mengikuti rapat ini. Sejujurnya ia ingin melarikan diri karena tidak mau duduk berjam-jam dan berbicara dengan para bangsawan yang menyebalkan itu. Ia lebih memilih menyampaikan informasi langsung kepada Kaisar Lucius.

Bukan hanya itu saja. Poin yang paling Napoleon benci adalah ia harus bertemu dengan musuh bebuyutannya, yang tak lain dan tak bukan Raymond.

Ya ... permusuhan mereka berdua sudah menyebar luas di seluruh penjuru negeri. Baik itu bangsawan, tentara bayaran, pedagang, rakyat biasa; semua mengetahuinya -- bahkan orang-orang di negara tetangga sekalipun.

Mencibir satu sama lain sudah seperti ritual wajib yang mereka lakukan saat bertemu. Bahkan umpatan kasar yang tak seharusnya bangsawan ucapkan pun keluar dari mulut mereka.

Sebenarnya permusuhan ini berawal saat di medan perang. Sewaktu jam istirahat, Raymond menuangkan -- entah sengaja atau tidak -- serbuk kayu ke dalam makan siang Napoleon. Tentu hal itu membuat Napoleon marah setengah mati.

Sudah lapar, lelah, masih saja ada manusia tak tahu diri yang menghancurkan semuanya. Apa kalian tidak kesal?

Karena Raymond yang meminta maaf sambil tersenyum, seakan-akan tidak berbuat salah, amarah Napoleon menyentuh tanduk. Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung melempar nampan makanannya ke wajah Raymond.

Dan semenjak hari itulah mereka berdebat setiap hari, sampai hal kecil seperti memilih pot yang akan digunakan untuk memasak. Perseteruan mereka terus berlanjut. Bahkan saat musuh menginvasi barak, keduanya masih memperdebatkan jalur evakuasi.

Edward yang sering menyaksikan pertengkaran dua manusia itu pun sampai berkata, "Perdamaian di antara keduanya benar-benar tidak mungkin. Jika itu terjadi, mungkin besok matahari akan terbit dari barat."

Segitu mustahilnya kata Edward.

"Edward, di mana laporan tim A dan B yang aku suruh kemarin?" tanya Napoleon yang baru selesai memakai seragamnya.

Actually, I'm Not The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang