"Aaron, ayo keluar dan lihat daun pohon yang mulai tumbuh."
Itu ajakanku padanya di hari kedua.
"Setelah aku rapat, ayo latihan!"
Ucapku di hari ketiga.
"Ayo kita ke bukit belakang dan lihat matahari terbenam!"
Seruanku di hari keenam.
"Hei ... bagaimana jika kita keliling desa?"
Dan sampailah aku di hari ketujuh. Dengan hasil yang sama: tidak ada respon.
Aku sedikit frustasi. Ah tidak ... lebih tepatnya banyak. Aku berada di ujung tanduk dan ingin berteriak padanya.
Namun nihil. Aku selalu mengurungkan niat sesaat mata biru tanpa binar itu menatap lurus ke arahku.
"Hah ... aku bisa gila lama-lama." Aku menyandarkan punggungku ke sofa.
Rasanya begitu melelahkan. Aku ingin memaksa Aaron, namun rasanya tidak tega. Juga ... normalnya aku tidak kuat menarik tubuh laki-laki itu.
"Apa Anda akan menyerah?" tanya Albert yang sedang merapikan berkas yang baru saja ia cek.
Menyerah? Hah ... aku ingin melakukannya. Kurasa.
Karena tak ada jawaban dariku, Albert pun kembali berkata, "Saya rasa kata menyerah tidak ada di dalam kamus Anda."
"Tidak juga, aku sering menyerah dalam hal tertentu," elakku.
Albert mendengus sembari tersenyum lembut. "Tapi saya yakin Anda tidak akan pernah menyerah untuk mengetuk hati seseorang."
"Seperti dirimu?"
Untuk sesaat pria itu terdiam. Aku pun segera menyadari bahwa Albert tidak suka candaanku — memang hampir sepanjang waktu dia tidak tertawa dengan leluconku.
Hahahaha, memang lawakan tidak cocok untuk seseorang dengan selera humor tinggi.
"... Ya, seperti saya."
...
...
...
"Kalau begitu saya pergi dulu ke penginapan. Ada yang perlu saya lakukan di sana." Setelah berpamitan, Albert pun menghilang dari pandangan mataku.
Dan meninggalkanku yang termakan oleh candaanku sendiri.
---
Aku melakukan inspeksi seperti biasanya. Pasar cukup ramai karena ada pertunjukan sihir dari pendatang yang baru sampai tadi pagi.
"Nona Alicia, selamat sore!"
Margaret, penjual buah itu menyapaku sembari mengangkat keranjang buah tinggi-tinggi.
Aku mendekat. Senyumku merekah. "Margaret, apa kau sudah mau tutup?"
"Hahaha, benar, Nona. Penjualan hari ini habis karena pendatang tadi pagi. Mereka memborong semuanya!"
"Syukurlah jika bisnismu lancar."
Margaret meraih tanganku dan menggenggamnya erat. "Saya yang harusnya bersyukur. Karena usaha nona, desa kecil ini kembali hidup."
"Aku hanya me--"
"Tolong jangan berkecil hati, Nona! Berbanggalah dan angkat dagu Anda tinggi-tinggi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Actually, I'm Not The Villainess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Letta yakin bahwa dirinya sudah meregang nyawa setelah merosot ke dalam jurang. Tapi saat ia membuka mata, ia malah memiliki tubuh baru! Awalnya dia berpikir hal ini keren karena seperti manhwa yang ia baca. Tapi Letta malah...