(2nd Part)
Happy reading!
.
.
.Sesuai perkataanku tadi siang, aku mengunjungi Festival Henale yang dibuka hari ini. Sekalian melepas stress setelah setengah bulan bekerja dengan tumpukan kertas gila di Desa Rech.
Bersamaan dengan Aaron, Albert, dan Caroline, kami turun ke jalanan. Bagaimana dengan Carmen? Dia datang bersama kami sebelumnya, akan tetapi ia memilih untuk menetap di bar untuk sementara waktu.
Katanya, "Maaf, Nona, ada urusan pria yang perlu saya lakukan sekarang. Saya akan segera kembali!"
Benar-benar konyol. Hanya itu yang terlintas di kepalaku.
Tapi aku tak menyangka jika Black Panther akan ada di sini. Sudah dua minggu semenjak aku melihatnya terakhir kali. Tapi ... sepertinya ada yang berbeda.
Dia menghindariku. Tidak salah lagi.
Setiap kali aku mengajaknya bicara, ia akan menjawab singkat dan menjauhiku. Dan ... ini bukan hal yang sebelumnya ia lakukan.
Oh ayolah ... apa aku membuat kesalahan? Apa karena aku membuatnya membawaku ke kamar?
Aku mengembuskan napas panjang. Sepertinya aku harus meminta maaf dan berterima kasih padanya.
"Nona, kemarilah! Ada pertunjukan di sana!"
Caroline langsung menarik lenganku, membawaku ke dalam kerumunan orang yang menyaksikan berbagai atraksi jalanan di Festival Henale.
"Para penonton sekalian! Mari sambut Max Sang Manusia Api!"
Semua mulai bertepuk tangan sesaat seorang pria berpakaian serba merah naik ke atas podium pertunjukan. Pria yang dijuluki 'Max Sang Manusia Api' pun membungkuk sebelum memulai tugasnya.
Kobaran api mulai muncul dari tangan pria itu dan dilemparkannya ke atas. Tak sampai situ saja. Saat di udara, gumpalan api tadi mulai berpencar dan membentuk tubuh kecil layaknya peri dan menari di atas sana.
Aku terpesona melihatnya. Ini pertama kalinya aku melihat sihir secara langsung. Karena peraturan yang ada, aku tidak punya banyak kesempatan bertemu penyihir.
"Apa penyihir untuk pertunjukan ini legal? Bukankah penyihir sangat disembunyikan?" tanya Albert di tengah pertunjukan.
Aku menoleh, ikutan penasaran. Jarang sekali sihir di dunia ini dibicarakan. Di novel sendiri hanya menyebutkan sihir milik Alexander, Napoleon, dan juga Louis. Ah, dan tak lupa dengan kekuatan suci milik Lily tentunya.
Black Panther menggeleng. "Tidak, ini termasuk legal karena penyihir itu berafiliasi dengan bangsawan yang bisa menjamin identitasnya."
"Ah ... jadi begitu. Ini pertama kalinya saya melihat penyihir sebagai tontonan umum," sahut Albert yang menatap Black Panther penuh kekaguman.
"Hentikan wajah 'sudah aku duga, dia memang berwawasan luas' itu," cibir Aaron seraya mengigit daging tusuk yang dibelinya tadi.
Albert menatap Aaron sinis. "Saya tidak berbicara pada Anda, Sir Aaron."
"Lagipula Anda memakan daging tusuk yang tadi Anda tolak," lanjutnya yang berhasil membuat Aaron melotot.
"Mata Empat sialan, aku tidak pernah menolaknya! Dasar gila."
Aku tertawa kecil mendengar perdebatan yang hampir terjadi setiap saat itu. Meski awalnya aku khawatir, tapi sekarang aku terbiasa dengan aktivitas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Actually, I'm Not The Villainess
Fantasi[Bukan Novel Terjemahan] Letta yakin bahwa dirinya sudah meregang nyawa setelah merosot ke dalam jurang. Tapi saat ia membuka mata, ia malah memiliki tubuh baru! Awalnya dia berpikir hal ini keren karena seperti manhwa yang ia baca. Tapi Letta malah...