20 Aug 1546
Alex ....
Hanya kau satu-satunya harapanku bertahan selama ini ....
Tapi semuanya sia-sia, ya?
Empat tahun yang tidak ada gunanya, haha.
Sungguh lucu sekali mengingatnya.
Sungguh bodoh.
Sial ....
Aku benci ini. Aku tidak bisa berhenti menangis. Hatiku benar-benar hancur.
Aku sendiri sekarang.
Tidak ... ini sudah tidak ada gunanya.
Hidupku sudah hancur sejak aku lahir. Ini akhir yang aku lihat dari pilihanku.
---
Putra Mahkota.
Posisi yang para bangsawan ingin capai. Tidak, mungkin lebih tepatnya posisi kaisar di masa depan. Kedudukan tertinggi di mana kekuatan absolut dipegang. Seperti Kaisar Lucius.
Walau memiliki status tinggi, Alexander tak menyukainya, ia bahkan membenci ini semua yang dipaksakan takdir.
Ia harus kehilangan banyak hal hingga saat ini. Demi bertahan hidup, Alexander harus menjalani kehidupan yang pahit. Hal-hal yang ia sayangi direnggut paksa, meninggalkan luka yang tak pernah sembuh.
Ibunya. Kebahagiaannya. Keamanannya. Hingga masa depannya.
Semua hal itu membuatnya seringkali bermimpi bagaimana hidupnya jika ia terlahir normal. Mungkin ia akan hidup sederhana bersama sang ibu tanpa konflik politik seperti sekarang. Ia juga tak perlu repot terjaga setiap malam karena tugas yang tidak manusiawi.
Ya, itu hanya andai-andainya.
Hari demi hari ia jalani, mencari dukungan yang bisa melindunginya dari taring Permaisuri Eleanor.
Tapi ini semua belum cukup. Kekuatan yang ia miliki masih semu. Hingga detik ini, ia masih bertekuk lutut di hadapan kekuatan asli Permaisuri. Salah satu dari dua orang yang ingin ia jaga pun tengah dijadikan tawanan.
"Yang Mulia Putra Mahkota memasuki ruangan!"
Alexander berjalan lurus menuju meja di mana Permaisuri Eleanor berada. Rumah kaca yang harusnya terasa menyejukkan justru membuat Alexander sesak. Harus ia akui, Alexander tak dapat membayangkan apa rencana Permaisuri kali ini.
Setelah Aidan, sekarang Alicia? Dia benar-benar menodongkan pisau padaku.
Dua orang yang ingin Alexander jaga—juga orang yang menjadi kelemahannya. Alexander selalu berusaha melindungi keduanya, bahkan sampai menyakiti perasaan mereka.
Iya, dia tahu itu semua. Seringkali ia mengabaikan Alicia. Dia juga sering memberi tugas keluar yang merepotkan Aidan. Ia berusaha melindungi keduanya agar tak terkena imbas persaingan tahta ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Actually, I'm Not The Villainess
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan] Letta yakin bahwa dirinya sudah meregang nyawa setelah merosot ke dalam jurang. Tapi saat ia membuka mata, ia malah memiliki tubuh baru! Awalnya dia berpikir hal ini keren karena seperti manhwa yang ia baca. Tapi Letta malah...