16

2.7K 335 11
                                    

1 Jun 1545

Saat kunjungan ke istana hari ini, aku tidak dapat bertemu Alex karena dia sibuk. Aku pun berakhir bermain bersama Gerald.

Kami berkeliling taman dan melihat Pohon Yuju yang konon katanya hanya bermekaran jikalau sepasang kekasih yang saling mencintai menyatakan perasaan di bawah pohon itu.

Ah, aku harus melakukannya juga dengan Alex nanti! Akan aku pastikan bunga itu bermekaran dengan lebat karena kami!

---

Dari sekian banyak hal yang tidak aku suka, berbicara di muka umum adalah hal yang terburuk. Kekhawatiran membuat salah selalu menggerogotiku layaknya benalu.

Ini menyesakkan.

Perasaan grogi yang timbul karena tekanan mental yang tercipta dengan sendirinya berujung dengan bayangan buruk apa yang akan terjadi ke depannya.

Memang aku tidak menyukai berbicara di depan khalayak ramai. Presentasi di kelas saja sudah gugup setengah mati. Tapi sekarang ....

"Selamat pagi, w-warga Desa Rech yang berbahagia."

Berdiri di atas podium kayu yang dibuat selama beberapa hari terakhir. Mendapat atensi puluhan atau mungkin ratusan orang yang menghadiri acara ini. Aku berusaha menampilkan senyuman di hadapan mereka semua.

Kakiku gemetar, begitu pula bibirku. Jantungku berdebar tak keruan, berpacu lebih cepat dari biasanya. Tapi hal itu tak membuatku berhenti melontarkan kata-kata yang tercetak jelas di dalam kepalaku.

Sudah lima hari aku menghafalkannya, jadi aku tidak boleh menyerah!

"Atas berkat Dewi Eirene, pada pagi yang berbahagia ini, kita dapat berkumpul. Sebelum itu, perkenankan saya memperkenalkan diri secara resmi. Saya, Alicia de Ashley, yang akan bertanggungjawab atas desa ini selama setahun penuh."

Manik mataku meneliti ekspresi yang ditampilkan para warga. Ada yang terlihat penasaran, biasa saja, dan ada pula yang terlihat kesal.

Ya ... ini sesuai yang aku perkirakan. Tidak mungkin semua akan setuju dengan apa yang aku bicarakan nanti.

Dari jauh, aku dapat melihat Aaron yang memberikan semangat melalui gerakan tangannya. Begitu pula dengan Carmen yang tersenyum sembari mengacungkan kedua jempolnya.

Rasa kalutku sedikit melebur saat melihat orang-orang yang datang bersamaku, menantiku menyelesaikan pidato ini.

Aku mulai membacakan poin utama pidato hari ini. Walau beberapa kali melakukan kesalahan pengucapan, aku segera menutupinya dengan kalimat ajakan.

Para warga mulai berbisik dan mengangguk satu sama lain. Ada yang mengubah ekspresi mereka menjadi antusias seiring pidatoku. Senyum sumringah terpatri di wajah beberapa orang yang setuju dengan perubahan ini.

Melihat beberapa orang yang masih ragu, membuat hatiku kembali gelisah. Ini ... belum cukup. Aku kurang menarik perhatian mereka.

Menarik napas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Aku mencoba memantapkan hatiku.

"Apa kita akan terkurung dalam tembok ini selamanya? Sejarah memang tidak bisa diubah, tapi kita bisa mengubah masa depan! Trauma masa lalu memang sulit dihilangkan, bahkan mustahil untuk hilang. Tapi ... apa salahnya mencoba melangkah ke depan?"

Actually, I'm Not The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang