33

496 51 3
                                    

Don't forget to vote n comment!

Happy reading!🥀

------------------------------------------------------

"Sir Aaron, kamu seharusnya yang paling tahu bahwa yang terlihat belum pasti kenyataannya."

Aaron menendang kerikil kecil itu hingga terlempar ke dalam kolam. Pikirannya sejak tadi penuh dengan kata-kata milik sepupunya itu. Kepalanya yang tertunduk sejak tadi itu pun mendongak dan melihat bangunan yang berdiri kokoh.

"Dan kembali dengan rumah sialan ini," monolognya sembari memasuki rumah bak istana itu.

Beberapa pelayan menunduk sesaat berpapasan dengannya. Tentu saja mereka tidak berani menatap langsung tuan muda terakhir keluarga Ambrous tersebut. Ditambah lagi kabar tentang sifat buruknya yang menyebar luas, membuat siapapun takut berinteraksi dengannya.

Lagipula ia jarang kembali ke rumah ini. Ah, bisakah ia menyebut ini rumah?

"Tuan Muda, selamat datang."

Iris biru langit Aaron kini beradu dengan pria dengan umur kisaran 50 tahun tersebut. Sebagai informasi, ia adalah kepala pelayan yang bekerja di tempat ini sejak Aaron masih bayi.

"Hmm."

Johan, sang kepala pelayan, kembali berkata, "Air dan pakaian Anda telah disiapkan di dalam. Tolong bunyikan bel jika membutuhkan sesuatu."

"Ya, kau boleh pergi." Aaron langsung masuk dan menutup pintu kamarnya.

Kini dirinya disambut ruangan penuh buku itu. Dan beberapa koleksi pedang yang dipajang di tembok. Lalu seprai ranjang miliknya yang masih sama dengan tiga bulan yang lalu.

"Mereka benar-benar tidak menyuruh orang lain membersihkan kamar ini."

Aaron melepas kemeja yang ia kenakan itu. Dia segera bersiap-siap untuk acara makan malam hari ini yang harus dihadirinya. Bagaimanapun, sang ibu memintanya.

Kalau bisa pun aku tidak mau datang kemari.

Dalam kurun waktu 10 menit, Aaron selesai, lengkap dengan setelan jas yang ia pakai terakhir kali di acara perjamuan di keluarga Grivel.

"Nama doang Duke, tapi buat beliin baju baru pun nggak ada," dumelnya yang kini merebahkan diri di atas kasur.

Masih ada waktu setengah jam sebelum acara dimulai. Itu waktu yang cukup baginya istirahat.

Dia memandangi langit-langit kamar yang penuh sarang laba-laba. Siapapun yang melihat akan mengira ruangan ini adalah gudang. Tidak akan ada yang percaya jika ini adalah kamar putra bungsu Duke Ambrous.

Ctass

Suara pecah itu menggema. Tangannya tak sengaja mendorong sebuah figura hingga jatuh ke lantai. Aaron bangkit untuk meraihnya, akan tetapi ia terpaku sesaat melihat foto apa yang baru saja ia jatuhkan.

 Aaron bangkit untuk meraihnya, akan tetapi ia terpaku sesaat melihat foto apa yang baru saja ia jatuhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Actually, I'm Not The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang