26

1K 149 4
                                    

18 Aug 1546

Hari ini aku banyak mendengar caci maki terhadapku saat pergi ke distrik perbelanjaan.

Mungkin mereka kesal karena aku tanpa sengaja mempermalukan nona Glitz.

Hah ... mereka selalu merasa yang paling benar. Padahal aku hanya membalas budi apa yang telah dia lakukan.

Memang, manusia suka menghakimi menurut perspektif mereka sendiri.

Ah, aku harus segera tidur karena besok ada acara di kediaman Marquis Gilver.

Kuharap besok akan menjadi lebih baik.

---

Aroma teh yang tercium begitu menenangkan. Tak lupa dengan kue kering yang tersusun rapi di atas piring.

Ya, harusnya ini menenangkan, tapi bagiku begitu mencekam.

"Hah, aku tak habis pikir dengan cara pikirku. Apa semua rakyat jelata seperti ini, huh?"

Nervous. Ini yang aku rasakan sekarang.

"Padahal tinggal jalan lurus saja kau akan sampai di sini. Ya, walau rutenya lebih panjang."

Brak!

"Hei, kau mendengarkan aku tidak?!"

Aku terkesiap dan menjawab secara gamblang, "YA SIAP!"

Menyadari kesalahan itu, aku langsung merutuki kebodohanku. Demi kerang ajaib, aku ingin pergi dari tempat ini.

Ini lebih parah daripada saat aku bertemu Duke Ashley. Setidaknya hanya atmosfer yang menekan, tapi sosok di hadapanku ini sekarang? Entahlah, dia berhasil membuatku takut.

"Siap, siap, kau pikir aku komandan apa?" sindir gadis di hadapanku ini. Ia memicingkan matanya, menciptakan ekspresi sinis.

Srak

Gadis bersurai ungu itu membuka kipasnya untuk menutupi sebagian wajahnya. "Dengarkan aku, aku memiliki urusan penting denganmu."

Hah ... aku lebih memilih mengerjakan dokumen dengan Albert daripada harus melakukan ini.

Apa kalian tahu siapa yang aku temui kali ini? Ya betul, pemilik asli tubuh yang aku pakai.

Alias Alicia de Ashley, pemilik tubuh yang aku tempati.

"Apa kau pikir aku hanyalah halusinasi jadi kau mengabaikanku?" tanyanya dengan nada tak suka.

Lagi, aku gelagapan. "T-tidak, aku hanya ... terkejut."

Ya siapa juga yang nggak kaget tiba-tiba dipanggil rakyat jelata?

Alicia di hadapanku ini menutup kembali kipasnya, menatapku tajam. "Jadi apa kau berpikir aku asli?"

Aku diam seribu bahasa. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Apa ini kenyataan? Atau ini sekadar alam bawah sadarku?

Actually, I'm Not The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang