3 Apr 1546
Aku merasa cukup puas hari ini. Entahlah, mungkin orang-orang akan menganggapku gila setelah ini.
Tapi, aku benar-benar puas.
Aku membungkam semua omongan mereka dengan menampar Anna.
Walau selanjutnya aku dihukum habis-habisan saat sampai di rumah, hehe.
Tapi ... sepertinya tidak akan ada yang menggangguku lagi untuk beberapa saat.
---
Entah sudah berapa jam berapa yang telah terbuang. Berkeluh kesah kepada sosok yang tidak aku ketahui jika ia nyata atau tidak. Semuanya terasa nyata, namun di saat yang bersamaan aku berpikir bahwa ini adalah mimpi.
"To be honest, Letta, gue kalau ada di sana pun bakal nyeret lo. Kayak gue nyeret adik sepupu gue pas di supermarket."
"..."
"Alias lo bego banget asli. Gue nggak bisa berkata-kata."
Aku hanya diam. Tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutku. Hanya air mata yang terus menerus membanjiri kedua pipiku.
"Gue tau lo susah adaptasi. Tapi bukannya bersikap cautious, but you always get yourself in troubles."
"Aku tau ... I know that much, tapi semuanya-- bener-bener di luar prediksi, Jes!"
Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Berusaha menghentikan isak tangis yang terus berlanjut. Ini menyesakkan.
"Hah ... you're such a pushover, Let. Lo masih sama aja kayak dulu."
Jessy beranjak dari posisinya. Aku masih menunduk, takut untuk menatap wajah kecewa lagi. Wajah yang sama dengan Albert.
"Gue kangen sama Monster 10 Poin yang jadi runner-up lomba panah nasional, heh ...."
Tuk!
Pukulan ringan mendarat tepat di kepalaku. Di saat yang bersamaan, Jessy berkata, "But I know you already did your best. Gue tau ini berat. Jujur, gue juga bangga karena lo nggak ngurung diri lo kayak dulu."
Aku mendongak. Mengusap sisa air mataku dan menatap Jessy yang kini tersenyum sendu. Tatapan yang ia berikan terlihat begitu tulus. Sama seperti biasanya.
Gadis berambut bob itu duduk kembali di sebelahku. Tidak, kini posisinya berubah menjadi tidur terlentang, menatap langit-langit berwarna putih. Kemudian menyuruhku untuk melakukan hal yang sama.
"Letta, no one ask you to be a hero, you don't have to forced yourself to save everyone. Aren't you tired?"
"... Kind of."
"Gue tau, nggak ada yang nuntut lo, tapi lo sendiri yang nuntut agar lo sempurna, kan?"
"..."
"Hear me out, girl. Nggak ada indikator pasti buat menentukan value seseorang. So lived your life to the fullest."
KAMU SEDANG MEMBACA
Actually, I'm Not The Villainess
Fantasía[Bukan Novel Terjemahan] Letta yakin bahwa dirinya sudah meregang nyawa setelah merosot ke dalam jurang. Tapi saat ia membuka mata, ia malah memiliki tubuh baru! Awalnya dia berpikir hal ini keren karena seperti manhwa yang ia baca. Tapi Letta malah...