Official
əˈfiSHəl / ResmiGarish
Apa yang kamu pikirkan pertama kali, ketika terbangun pada tempat yang tidak kamu kenal? Memeriksa pakaianmu masih utuh? Sudah berganti atau bahkan hilang? Selama dua puluh lima tahun hidupku baru kali ini rasanya terbangun dengan rasa berdebar luar biasa. Terbangun saat jam weker digital berwarna hitam menggemakan suara yang berbeda dengan jam weker di kamarku. Terkejut ketika sadar berada di atas kasur dengan sprei berwarna abu berselimut motif papan catur, kamar yang sangat manly dan jauh dari kesan girly seperti kamar apartemenku atau kamar Zara.Menyapukan pandanganku pada setiap sudut ruangan mencari tahu siapa pemilik kamar ini, namun tidak ada jejak. Hingga derit suara pintu terbuka merebut perhatianku seluruhnya. "Sudah bangun Rish?" Aku menghembuskan nafas lega ketika mengetahui siapa yang muncul dari balik pintunya. "Sorry, kalau aku ngagetin kamu." Lingkar beranjak membuka sebagian tirai kamar ini dan menghampiriku.
"Gapapa." Aku menghela nafas, mencoba menguasai diri, "Cuma agak shock aja, pas bangun."
"Belum familiar yaa sama ruangannya?"
"Iya kan gak tahu kalau isi kamar kamu kayak gini, jadi pas bangun kayak shock aja gitu, aku ada dimana? Kok gak kenal tempatnya." Jelasku sembari merapihkan rambut yang berantakan. "By the way, kalau aku yang tidur di kamar kamu, kamu tidur dimana?" Tanyaku menuntut penjelasan.
"Aku tidur di kamar tamu,"
"Loh kok malah kamu yang tidur di kamar tamu?"
"Garish, aku terbiasa memastikan kenyamanan yang paling utama untuk orang-orang yang aku sayang," Lingkar perlahan mendekatkan tubuhnya kearahku. Dekat, semakin dekat jarak yang dipangkasnya, seketika membuat jantungku berdebar. Dengan refleksnya kedua mataku terpejam.
'Klik
Dentingan suara terdengar, membuat mataku kembali terbuka dan aku temukan wajahnya tengah tersenyum lebar seperti di buat-buat agar menimbulkan kesan lucu. "Sorry, semalem aku gak bisa ganti baju kamu dan kamu terlalu nyenyak untuk aku bangunkan agar mengganti pakaian sendiri." Lingkar kembali menegakkan tubuhnya, berdiri di hadapanku. "Kalau kamu mau bersihin badan, mandi atau lainnya, di kamar mandi udah ada sikat gigi baru. Aku tunggu di depan." Lanjutnya lagi seraya berlalu dari hadapanku."Gila, gila! Gue kira Lingkar mau ngapain! Gak taunya cuma matiin lampu tidur di atas nakas sebelah." Mengusap kepalaku dengan kasar pertanda gemas "Oh God malu banget! Nanti dikira dia gue mikir yang macem macem lagi! Arght!" Kali ini, rambut menjadi bahan sasaranku.
Tidak membiarkan rasa malu menguasai diriku lebih lama, aku segera beranjak berdiri. "Bodo amatlah dia mau mikir apa aja! Lagi gerakannya seductive banget sih!"
Meraih handbag yang lingkar letakan di sebelah lampu nakas, aku mengambil beberapa perlengkapan pembersih wajah yang selalu aku bawa setiap berkegiatan di luar rumah. Ketika pandanganku menangkap ponsel, aku teringat sudah mengabaikan Zara semalaman. Menekan tombolnya dan "Shit! Lowbat dan gue gak bawa charger lagi!" Kini aku gelisah di tempatku berdiri.
Terlalu panik, hingga tanpa sadar aku sudah menyurarakan ucapanku secara lantang yang mengundang tanya orang lain di tempat ini. "Rish, what's going on?"
"Gapapa, cuma ponsel aku lowbat dan aku gak bawa charger." Seruku sembari menggigit pinggiran ponsel.
"Aku kira kenapa," Lingkar menghela nafas lega. "Di laci ada charger ponselku, kayaknya tipe ponsel kita sama, kamu coba pakai aja dulu." Sarannya yang segera aku aminkan.
Menyambungkan charger pada ponsel, finally, daya ponselku perlahan terisi. "Gimana? Bisa?" Aku melupakan Lingkar yang masih setia berdiri di balik pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Tanya
ChickLit"When did you fall in love with her? The one in front of you right now." Jika gue harus menjawab question quotes yang terpampang dalam satu sisi dinding cafe tempat gue duduk saat ini, gue akan menjawab dengan lugas. "I've been in love with her fro...