Divided
diˈvīdəd / terbagiLingkar
Ada suatu tahap dalam bidang desain, khususnya desain konstruksi yang bernama superimpose. Superimpose sendiri masih memiliki teori yang susah untuk diterjemahkan kedalam bahasa arsitektur, namun jika harus dijabarkan superimpose adalah pekerjaan untuk pengecekan gambar perencana antara gambar arsitektur, struktur, dan Mechanical, Electrical, Plumbing atau yang disingkat dengan MEP. Namun ada beberapa pendapat lain yang menjelaskan bahwa Superimpose adalah suatu usaha yang "melebih-lebihkan", dilakukan untuk menghasilkan kesan sebuah bangunan yang menampilkan suasana lain dari biasanya, dan aplikasinya selalu berkaitan dengan arsitektur dekonstruktivisme atau sering dikatakan sebagai arsitektur yang "Menyimpang".
Pekerjaan superimpose sangat penting di awal proyek untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan pelaksanaan di lapangan. Tujuan dari melakukan superimpose adalah untuk melihat kesesuaian ataupun melihat apakah ada potensi clash di desain tersebut. Superimpose seharusnya dilakukan setelah proses layout plan selesai dibuat, terkadang dalam praktek di lapangan, superimpose jarang sekali dilakukan. Biasanya setelah layout plan selesai dibuat, langkah berikutnya adalah detail MEP seperti routing ducting, jalur sistem sprinkle dan sebagainya.
Pada banyak kasus yang terjadi, pada saat detail drawing MEP dibuat, sering terjadi perubahan layout plan. Perubahan ini terkadang tidak terkomunikasikan oleh detail MEP. Akibatnya, akan ada ketidak sesuaian antara drawing ACS dengan Drawing MEP. Oleh karena itu untuk meminimalisir ketidak sesuaian yang sering kali terjadi, sebaiknya pihak kontraktor utamanya seorang arsitek selaku konsultan dalam proyek melakukan superimpose untuk memastikan bahwa desainnya tidak bermasalah.
By the way kalian jangan mual yaa, pagi menjelang siang begini gue ngomongin superimpose yang sering kali membuat kepala seorang arsitek pening. Karena pada kenyataannya, hari ini gue absen tinjau proyek Swastika hanya untuk melakukan superimpose pada desain hotel Pandawa Lima. Yaa, dua hari yang lalu perusahaan gue mendapatkan email masuk yang menuliskan bahwa perusahaan gue terpilih sebagai kontraktor yang akan bekerja sama untuk mengerjakan proyek hotel Pandawa Lima di Bandung, dan siang nanti kami akan melakukan meeting lanjutan untuk menindak lanjuti kesepakatan dua belah pihak dan hal penting lainnya sebelum team kami melakukan peninjauan pada lahan proyek di bandung.
"Mau berangkat meeting jam berapa?" Bang Reiga bertanya mengahampiri kubikel gue.
Mengalihkan perhatian gue dari lembaran kertas milimeter blok menuju armany swiss di pergelangan tangan, gue mencoba mengusulkan, "Meeting jam setengah dua kan yaa bang?"
"Yoi"
"Berangkat jam satuan bisa lah."
Bang Rangga berjalan menghampiri kubikel gue seperti yang bang Reiga lakukan "Mau pada Lunch di mana?"
"Gue mah bebas, mau lunch di kantor aja atau di sekitaran Setiabudi, Lo mau lunch di mana Lang?"
Screen ponsel gue menyala, mengambil alih atensi gue dari pertanyaan bang Rangga dan Bang Reiga. Melirik sekilas screen ponsel yang memunculkan pop up notifikasi Line dengan nama Garish, yang artinya Garish menjawab ajakan gue pada aplikasi pesan warna hijau itu setelah gue kirim sedari dua jam yang lalu.
Hmmm okay, mau jam berapa dan di mana?
Guys, kalau lo jadi gue. Notifikasi pop up yang berisikan kalimat itu artinya apa? Gak usah sok bego dah Lo Ling! "Gue kayaknya gak lunch bareng dulu deh bang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Tanya
Literatura Feminina"When did you fall in love with her? The one in front of you right now." Jika gue harus menjawab question quotes yang terpampang dalam satu sisi dinding cafe tempat gue duduk saat ini, gue akan menjawab dengan lugas. "I've been in love with her fro...