19. Clarification

751 110 29
                                    

Clarification
ˌklerəfəˈkāSH(ə)n / penjelasan

Garish
Hal yang sebelumnya cukup takut untuk aku bayangkan, pagi hari ini layaknya sebuah kejutan. Terbangun dari tidurku yang cukup pulas, walau tidak genap lima jam. Kini aku melihat sosoknya tengah bersujud pada tuhan. Kejadian ini selain mengejutkan pun sekaligus menamparku. Sudah berapa lama kamu tidak bertemu dengan tuhanmu Garish?

I am Garish Cerah, 25th years old girl. Lupa yang namanya sholat dan amnesia dengan arah kiblat. I am moslem, tapi hidupku jauh dari kata muslim yang ta'at. Papa dan mama paham moderat tidak banyak mencampuri urusan anak-anaknya, selama tidak mengundang omongan keluarga besar. Hidup sedari kecil dan besar di Bali, di kota yang begitu minim umat muslimnya, membuat hidupku sedikit banyak terbawa. Terlebih lagi, tidak semua dari keluarga besarku menganut iman yang sama, ada adik dari papa yang menganut agama mayoritas di sana, dan ada kakak dari mama yang menganut agama mayoritas di sana. Bisa dikatakan, kehidupan keluarga besarku lebih kebarat-baratan, cukup memanggil nama tanpa embel-embel kehormatan, seperti kalimat 'kakak'. Namun pada keluarga inti, mama selalu mengingatkanku tentang budaya Indonesia, untuk memanggil kedua kakak laki-lakiku beserta pasangannya dengan panggilan kakak.

Saat ini aku berdiri di balik pintu kamar tamu apartemenku yang terbuka sedikit, menyaksikan Lingkar menyelesaikan sholatnya. Setelah salam, Lingkar menoleh sekilas kearahku yang aku sambut dengan senyuman dan segera berlalu menuju tempat tujuan awalku, yaitu dapur.

Pagi ini nyeri perutku belum datang lagi, untuk itu aku harus segera mengolah bahan makanan menjadi sarapan, sebelum rasa sakitnya kembali menyerang. Rumah sakit tempatku bekerja adalah salah satu rumah sakit yang memberlakukan cuti haid bagi pegawai perempuanya, dan aku adalah salah satu dari beberapa pegawai rumah sakit yang dapat menikmatinya. Kemarin, adalah hari pertama haidku. Namun, dengan sengajanya aku memilih tetap berangkat ke rumah sakit. Selain karena nyerinya yang masih biasa, aku bekerja untuk menghilangkan sekelumit pikiranku tentang Lingkar.

"Udah baikkan?" Tanya Lingkar yang muncul dengan tiba-tiba dari balik dinding penghubung antara dapur dan kamar tamu.

Menatapnya sekilas dan mengangguk "Lumayan" aku menjawab pertanyaannya dengan sedikit senyum.

"Mau buat apa? Ada yang bisa aku bantu?" Tanyanya lagi. Menegakkan tubuh dari mengiris beberapa bumbu masakan, aku memperhatikannya yang sudah terlihat lebih segar, mengenakan kemeja lain dari semalam. Mengerti apa yang sedang aku perhatikan, Lingkar lantas bersuara lagi. "Aku terbiasa menyimpan beberapa potong kemeja atau baju ganti di mobil Rish!" Mengambil alih pisau yang aku genggam, Lingkar lantas mengiris sisa bumbunya, "But, I really appreciate that you borrow me your clothes, last night." Lingkar tersenyum ke arahku, "Thank you."

"Anytime Ling." Seruku sembari beranjak menuju mesin pendingin. "Ada alergi seafood? Atau yang lainnya Lingkar?" Tanyaku lagi sembari membuka bagian penyimpanan daging dan yang lainnya.

"Nope, I am eat everything." Canda Lingkar yang masih terus mengiris bumbunya.

Aku mengeluarkan cumi dari mesin pendingin. Merendamnya dengan sedikit air, agar esnya cepat mencair. Pagi ini aku akan membuat nasi goreng dengan lauk cumi crispy. Semua bahannya sudah tersedia di meja, dan kita bisa memulai memasaknya.

***

"Cuminya langsung di balur tepung?" Lingkar bertanya saat aku tengah mengaduk nasi dalam wajan.

Garis TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang