Messed Up
mesəd.əp / KacauGarish
"What are we?" Jawaban apa yang kamu inginkan dari sekedar kalimat yang berisi tiga kata itu Garish? Ketika ia yang kamu tanya hanya mampu terdiam di tempatnya.***
Setelah makan malam yang terlalu kepagian bersama Lingkar di angkringan nasi goreng depan apartemen, aku kembali membaca buku sajak Sapardi yang sempat aku keluarkan dari dalam rak buku milik Lingkar. Membukanya perlahan halaman demi halamannya, hingga aku temukan secarik kertas yang terlihat seperti sobekan kertas bertuliskan puisi Sapardi yang aku yakin sudah di hafal hampir seluruh penikmat puisinya. Puisi aku ingin.
Ketika aku melafalkan dalam hati isi puisi yang tertulis, di saat itu pula ada suara yang menyebutkannya dengan tegas dan benar. Suara berhenti setelah bait yang tertulis habis aku baca. Namun, ada catatan kaki yang tidak biasa, sepenggal kalimat 'dariku yang amat menginginkanmu Ai' di ujung kertasnya.
Menurunkan buku besar yang hampir menutup keseluruhan wajahku, aku memberanikan diri menatap wajahnya yang berada begitu dekat dengan wajahku. Bibirnya yang perlahan mendekat dan hampir menyentuh bibirku berhasil aku tahan. Hingga pada akhirnya, kalimat tanya yang sejak kemarin aku pendam tersampaikan sudah.
Tapi bukan jawaban yang aku dapatkan dari bibirnya, melainkan sebuah keraguan. Aku bisa menangkap itu jelas dari sorot matanya, sebegitu sulitnya kah Ling menjawab tanyaku? "Mungkin aku yang terlalu percaya diri yaa Ling? Mengartikan tindakan kamu selama ini adalah wujud ketertarikan" aku menghembuskan nafasku perlahan. "Let's make it simple, dan jawabanmu adalah bagaimana caraku bersikap. Bagimu, aku ini apa?" Tanyaku lagi.
Beberapa detik pertama aku menunggu jawab, nyatanya aku sendiri yang tak sanggup mendengar jawabnya. Beranjak berdiri dari dudukku saat ini dan menutup asal buku yang tadi aku baca, hingga selembar kertas terjatuh menyentuh ujung kakiku. Mengambilnya perlahan dan membacanya.
Said all I want from you
Is to see you tomorrow
And every tomorrow
Maybe you'll let me borrow, your heart
And is it too much to ask for every Sunday?
An while we're at it throw in every other day to start
Menatap Garish untuk kali pertama, gue seperti mendapat tawaran obat dengan dosis yang pas, apakah gue akan menebusnya? Semua masih menjadi sebuah pemikiran.Aku mendorong kertas itu keras menuju dadanya, "Yang bisa sembuhkan sakit mu sendiri yaa cuma kamu Ling, I'm not your medicine!" Dan aku menunjuk wajahnya dengan jemari telunjukku, aku tahu ini kasar.
Lingkar mengikuti aku berdiri, "Bahkan mungkin, obat lebih tinggi derajatnya yaa daripada aku?" Tanyaku lagi yang kali ini dengan mendongak dan lebih emosional, oh God I can't handle my emotional. "Obat adalah apa yang bisa kamu konsumsi dalam kurun waktu tertentu, jika dirasa tidak cocok kamu bisa menukarnya dengan dosis yang lebih, tapi biasanya kamu buang bukan ditukar, and you have the deal with the doctor before you used it." Menengadahkan kepala, aku coba menahan desakan air yang memaksa untuk keluar. Okay kamu memang cengeng Garish! "But with me, nothing. Kita belum pernah berkompromi layaknya dokter dengan pasiennya, It's Mean if tomorrow, the day after tomorrow, next week, next month, or next year If you didn't found anymore in me, you will go on with your own, right?" Menatapnya, aku perhatikan lagi keseluruhan wajahnya yang celakanya sudah menjadi bagian favoritku.
"Rish," Aku mengangkat tanganku, tanda memintanya untuk tidak melanjutkan kalimat apapun.
"I am done with you Lingkar." Aku mengalihkan tatapanku menuju hal apapun selain menatap wajahnya yang selalu berhasil luluhkan aku. "And you're done with me." Aku tersenyum, sakit sekali. Ini adalah salah satu akibat dari terlalu bawa perasaan hai Gadis! Jadi jangan salah artikan tindakan baiknya terhadap kamu. Karena dia baik dengan siapa saja tidak hanya padamu. "Selesai bahkan sebelum ceritanya kita mulai yaa? Kamu gak salah kok. Aku yang salah, menaruh hati lebih dulu pada cerita ini." Aku menepuk bahu kanannya, dan berlalu meraih hand bag-ku pada nakas sebelah sofa, "Aku pulang!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Tanya
Chick-Lit"When did you fall in love with her? The one in front of you right now." Jika gue harus menjawab question quotes yang terpampang dalam satu sisi dinding cafe tempat gue duduk saat ini, gue akan menjawab dengan lugas. "I've been in love with her fro...