6. SeaSalt

720 89 10
                                    

Sea . Salt

sē . sôlt / Garam Laut

Garish

"Dokter Garish, sudah dengar berita hari ini?" Suara Diandra, Mahasiswi kedokteran yang memulai kegiatan koasnya sekitar satu minggu yang lalu, begitu mengagetkanku yang baru saja hendak menyuap kembali makan siangku.

"Memangnya ada berita apa Di?" Aku meletakan kembali sendok di tanganku, mengurungkan kembali menyuap makan siangku yang tersisa sedikit dan menoleh menuntut jawaban Diandra.

"Eh maaf dok, sambil di lanjut aja makannya, maaf yaa Diandra ganggu." Jawabnya tak enak, sembari meletakan beberapa jurnal pasien yang akan dia pelajari dan menempati kursi tugasnya. "Bukan berita besar sih dok, Cuma di depan tadi para ners lagi asik cerita kalau dewan direksi rumah sakit mau ngadain marathon gitu, dokter Garish sudah dengar?" Diandra menjelaskan dan bertopang dagu menghadapku lebih jelas.

"Oh, kebetulan aku sih belum dengar, baru tahu kalau kamu yang cerita." Aku mulai menyuap kembali makan siang-ku, mengunyah dan menelannya perlahan, "Kalau aku gak ada jadwal praktik mungkin aku bisa ikut, udah agak lama juga gak marathon, ehehehe." Jawabku sembari tertawa kecil akan jawabanku sendiri.

"Nah yang buat para ners di depan heboh ngomongin marathonnya itu karena temanya dok." Seru Diandra lagi yang mulai semangat berapi-api.

"Temanya?" Tanyaku sedikit sangsi.

"Iya dok, temanya itu Orang Kantor Run." Jawabnya sambil berbisik layaknya orang yang sedang bergosip. "Karena temanya kayak gitu, pasti banyak tuh para eksekutif muda, pegawai start-up dan pegawai kantoran di lingkungan SCBD yang bakalan ikut acaranya, kesempatan loh dok buat cuci mata." Diandra menjelaskan dengan antusias sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Yaa ampun Diandra! aku kira apa." Seruku tak habis pikir dan tertawa kecil, mentertawakan ceritanya.

"Beneran loh dok, yang orang tahu kan kita kerja di rumah sakit itu bakalan sering ketemu dokter-dokter muda yang ganteng." Diandra berdiri, lalu berpindah tempat duduk, menempati kursi pasien di hadapanku agar lebih leluasa bercerita, "Yaa sedikit benar sih, tapi kan intensitas kita ketemu pasien, dokter senior yang hampir berusia lanjut, dan alat-alat medis, jauh lebih sering, jadi gak ada salahnya kan kita cuci mata di acara yang mungkin hanya akan ada setahun sekali di rumah sakit ini." Jelasnya masih berapi-api.

"Iya, iya aku paham kok." Aku pasrah menerima penjelasannya, "Nah sekarang lebih baik kamu fokus koas kamu dulu deh Di." Jelasku sembari merapihkan peralatan makanku di atas meja. "Sebentar lagi dokter Jane datang loh." Jelasku lagi mengingatkan bahwa dokter pembimbingnya akan memulai praktiknya hari ini.

"Dokter Garish gak asik nih." Diandra merajuk dan kembali berpindah tempat duduk di kursi tugasnya. Apakah kelakuan Diandra saat ini adalah kelakuan mamaku di masa koas dulu, eh?

"Aku balik duluan yaa, semangat buat koasnya hari ini yaa Di." Seruku padanya dan berlalu meninggalkan ruangan, karena jadwal praktikku yang sudah selesai setengah jam yang lalu.

Melihat Diandra, tidak jauh beda seperti melihat aku dulu. Selain karena tempat koas kami yang sama, Diandra terjun kedalam jurusan kedokteran gigi juga di karenakan Standard Society, sama seperti yang aku alami. Yang menjadi pembedanya hanyalah, Diandra karena keinginannya sendiri, sedangkan aku karena keinginan mama.

Sejak awal pertemuanku dengan Diandra, Diandra adalah sosok yang childish namun selalu tampil ceria. Baru beberapa jam dia menemaniku menerima konsultasi beberapa pasien rumah sakit, dia sudah leluasa menceritakan kisahnya dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswi fakultas kedokteran gigi kepadaku.

Garis TanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang