déjà vu
deʒa vy / pernah terlihatGARISH
"It's not what we think or feel that makes us who we are. It is what we do, or fail to do." Sense and Sensibility by Jane Austen.
Kembali aku mendapati sebuah bunga yang cukup besar berada di atas meja sebelum aku memulai jam praktek. Kali ini beserta sebuah kalimat puitis, sungguh bukan Lingkar sekali.
"Bunga baru lagi dok?" Diandra menyapaku, dengan tangannya yang penuh dengan jurnal-jurnal pasienku hari ini.
"Iya nih."
Lingkar
Roses, and again?
Tapi kali ini aku mau complain ke kamu.
Bunganya terlalu besar sayang kalau kamu kirim ke rumah sakit, ruanganku sempit.
Bisa-bisa aku kena tegur dokter senior yang lain :)
But, Thank you.
Hati-hati, cepat pulang yaa, see ya.Melihat urusan dengan ponselku sudah selesai, Diandra berceletuk lagi. "Pasti dari mas pacar lagi yaa?" Godanya dengan senyum usil khas Diandra.
"Gak tahu, gak ada namanya dan bukan Lingkar banget sih notesnya." Mengangkat bahu, aku memilih merapikan meja praktek, memindahkan buket bunga ke pojok ruangan dan mengosongkan mejanya. Jam praktekku segera dimulai.
Hate and love realtionship, adalah aku dengan profesiku. Bagaimana dia yang melukai dan dia yang menyembuhkan. Bagaimana aku patah juga sakit dan bagaimana aku pulih dengan kesibukan. Mengamati bagaimana hari-hariku berlalu dengan tumpukan rekam medis di atas meja. Senyum-senyum tertahan karena khawatir juga senyum lega para pasien. Suara tangis hingga suara menenangkan di ruangan 3 X 3 meter, bahwa tidak hanya ada aku di dunia ini yang pernah merasakan sakit.
"Last patient dok!" Ners Rury berseru sebelum membuka pintu ruangan dan memanggil nama pasien selanjutnya.
"Tn. Nadav"
Tunggu, apa aku tidak salah mendengar nama yang dipanggil ners Rury? Semesta seakan mengerti keinginanku, ners Rury kembali menyebutkan namanya."Tn. Nadav Caturangga Poli Gigi Dr. Garish."
Mataku terpaku menatap sebuah map medical record, rekam medis bertuliskan nama lengkap yang sangat aku kenal. Sudah sejak awal, ketika kamu mengetahui kak Athaya bekerja di rumah sakit yang sama denganmu, bukankah kamu sadar peluang bertemu dengan Nadav sangatlah besar Rish? Tentu saja saat-saat seperti ini akan terjadi. Tapi pemilik nama Nadav tentu saja tidak hanya satu orang, tapi Nadav Caturangga yang aku tahu hanya satu. Jika dia adalah Nadav, Nadav juga seharusnya tahu, bahwa masih ada dokter gigi lainnya di sini bukan hanya aku kan?
It's been five year Garish Cerah, come on! kamu bisa mengatasinya dengan baik. Mendengar kursi di hadapanku berderit pelan, aku beranikan diri mengangkat kepala dan menatapnya. "Selamat sore Tn. Nadav, ada keluhan apa?"
"I need some scaling."
"Well, we'll take a look. Please lie down right there" Aku mengisyaratkan telapak tangan kiriku menuju dental chair yang tersedia di ruangan ini sembari tangan kananku meneliti catatan medis milik Nadav di atas meja.
"Maybe a cup of coffee after scaling."
"Oh Sorry, I don't have time to mess up what I've done so well." Jawabku yang sudah berdiri di samping dental chair tempat Nadav berbaring.
"You still, Garish."
Aku menghela napasku kasar, mencoba untuk tetap tenang menghadapi tingkah Nadav yang tidak pernah aku jumpai lagi sejak lima tahun yang lalu. Sesaat otak kananku bekerja, "Oh okay, Dr. Nadav Caturangga, perkenalkan ini Diandra mahasiswi kedokteran yang kebetulan sedang coas di poli Gigi saya." Aku memperkenalkan Diandra yang cukup kaget dengan apa yang baru saja aku katakan. "Nilai IP tiap semesternya cukup baik di angka 3.5-3.7, cukup stabil dan tidak perlu diragukan lagi." Aku menarik Diandra lebih dekat pada posisi berdiriku saat ini. "Dan Diandra yang akan mengambil alih tindakan scaling gigi kali ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Tanya
ChickLit"When did you fall in love with her? The one in front of you right now." Jika gue harus menjawab question quotes yang terpampang dalam satu sisi dinding cafe tempat gue duduk saat ini, gue akan menjawab dengan lugas. "I've been in love with her fro...