Beberapa hal yang tersimpan, juga pasti akan ketahuan.
....
Shafira berdiri di depan gerbang sekolah seraya memegang kedua tali tas ranselnya, kepalanya mendongak menatap awan yang menghitam. Sepertinya akan turun hujan.
Gadis itu meniup poni dora-nya, tampak berpikir. Saat ini sekolah sudah sepi, ia pulang terlambat karena tadi sempat melaksakan piket kelas terlebih dahulu.
Shafira melangkah keluar dari lingkungan sekolah, berjalan menuju halte yang tak jauh di depan sana.
Suara gemuruh dari langit terdengar, hingga tak lama rintik hujan mulai berjatuhan. Shafira beralih mendekap tas ranselnya lalu berlari cepat saat merasa hujan turun semakin deras.
Tin tin tin....
Suara klakson mobil dari arah belakang membuat Shafira menolehkan kepalanya.
"Shafira hujan, ayo cepet masuk.." ucap Milan setengah berteriak karena suaranya teredam oleh derasnya hujan.
Shafira mengangguk kecil, lalu membuka pintu mobil Milan dan mendudukkan dirinya di kursi samping kemudi.
"Makasih.." ujar Shafira.
Shafira memeluk tubuhnya sendiri yang mulai menggigil kedinginan, bajunya basah kuyup karena hujan diluar begitu deras. Kulitnya bahkan sudah pucat dengan kepala yang terasa sedikit pusing. Dirinya memang tidak tahan dingin.
Milan dengan sigap meraih jaketnya di jok belakang, dan menyodorkannya pada Shafira.
"Pakek Sha,"
Shafira tersenyum kecil, lalu mengucapkan terimakasih sebelum memakai jaket itu.
"Kenapa lo baru balik jam segini Sha? Bukannya sekolah lo udah balik dari tadi ya?" tanya Milan.
"Tadi gue piket kelas dulu," jawab Shafira seadaanya.
Milan mengangguk-ngangguk mengerti, lalu kembali memfokuskan diri pada jalanan di depannya. Sedangkan Shafira sibuk menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya untuk menghangatkan tubuh.
Shafira mengalihkan pandangannya keluar jendela menatap hujan yang turun deras itu dengan pikiran yang mengawang jauh. Awan yang menghitam, langit yang menangis, sangat menggambarkan suasana hatinya saat ini.
Menghela nafas pelan lalu menatap jalan raya di depannya saat di rasakan mobil Milan berhenti, yang ternyata lampu merah.
Shafira kembali mengedarkan pandangannya ke luar jendela, hingga saat menoleh ia sukses terkejut melihat seseorang yang pagi ini menghilang tanpa kabar kini tengah berada di depan matanya.
Gama--cowok itu tengah duduk di kursi kemudi seraya menatap jalanan di depannya. Kaca mobil yang di turunkan separuh, menampakkan seseorang yang juga berada di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gama's [End]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Gama Handaru adalah cowok tampan sejuta pesona yang dapat memikat gadis mana pun yang dia mau. Jabatannya sebagai kapten basket di SMA Pusaka membuatnya semakin digandrungi oleh para siswa. Gama juga terkenal dengan julukan pla...