41. Kehangatan (revisi)

7.5K 528 8
                                    

Sesuatu yang buruk datang untuk menguji.

....


"Aduh kenapa nih perut gue tiba-tiba mules banget," keluh Mikha seraya memegangi perutnya.

"Sha, nanti kalo misalnya buk Susanti tiba-tiba dateng, bilangin ya kalo Mikhaila Agustin yang cantik jelita ini izin mau buang hajat!"

Itu ucapan terakhir Mikha, sebelum gadis itu ngacir keluar kelas meninggalkan Shafira yang geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.

Shafira menyernyit kecil kala melihat Amanda yang tengah duduk sendirian seraya melamun, Shafira bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri gadis itu.

"Amanda," panggil Shafira yang saat ini sudah duduk di bangku sebelah Amanda.

Shafira kembali menyernyit kala tak ada sahutan apapun dari Amanda, gadis itu tak bergeming. Tatapannya kosong.

"Amanda!" Shafira menepuk bahu gadis itu, saat tiga kali panggilan sebelumnya tidak mendapat reaksi.

"Jangan...! Jangan...!"

Tiba-tiba Amanda berteriak histeris, membuat Shafira jadi ikut panik. Gadis itu mengguncang bahu Amanda cukup kuat guna menyadarkan gadis itu.

"Amanda lo kenapa?!"

"Ha?" Amanda mengerjap-ngerjapkan matanya, ia linglung.

"Lo kenapa?" tanya Shafira sekali lagi.

Amanda menggeleng pelan. "Gue gapapa kok."

"Lo ngelamun gitu, ada sesuatu?"

Amanda tersenyum kecil. "Gue gapapa Sha,"

Walau ragu, akhinya Shafira mengangguk percaya.

"Shafira sama Fabian, lo di panggil buk Susanti di suruh ke ruang guru!" seru Tegar dari depan kelas.

Shafira menyernyit. "Ngapain?"

Tegar mengangkat bahunya tidak tahu. "Gue cuma nyampein doang."

Shafira mengangguk mengerti, gadis itu menoleh pada Fabian yang menggelangkan kepalanya, pertanda kalau ia juga tidak tahu.

Shafira dan Fabian bangkit berdiri lalu berjalan keluar kelas.

"Kira-kira ada apa ya buk Susanti manggil kita?" tanya Shafira.

"Gue juga gak tau, yang penting kita samperin aja dulu."

Shafira mengangguk, lalu keduanya melangkah beriringan keruang guru.

"Lah itu yang lo bawa lembaran apa?" tanya Shafira saat baru menyadari kalau Fabian membawa beberapa tumpukan kertas.

"Oh ini urusan osis mau di kasih ke pak Azmi, kan sekalian ke ruang guru."

"Lo ikut osis?"

Fabian mengangguk. "Iya gue ikut udah dari kelas sepuluh."

Shafira menggut-menggut seraya ber-oh ria, ia baru tahu jika Fabian ini ternyata anak osis. Tidak heran sih, Fabian adalah cowok yang pintar dan cara penampilannya juga rapi, jauh dari kata bad boy.

....


"Jangan bilang lo juga mau nyamperin Shafira?"

Gama's [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang