28. Hukuman lagi? (revisi)

9.2K 667 2
                                    

Pengalaman buruk mengajarkan seseorang untuk tidak jatuh berulang-ulang.

....

Shafira langsung berlari kecil di koridor sekolah saat baru saja mendengar suara bel masuk berbunyi dengan nyaring. Koridor tampak sangat ramai diisi oleh siswa siswi Pusaka yang berlalu lalang.

Masih dengan berlari kecil, Shafira membelokkan langkahnya di koridor menuju kelasnya. Hingga akhirnya gadis itu tidak sengaja menabrak seseorang, seketika tubuhnya oleng dan keseimbangannya hilang begitu saja. Shafira menutup matanya, bersiap untuk terhempas ke lantai.

Beberapa detik berlalu, Shafira mengerjap-ngerjapkan matanya saat tidak merasa jatuh atau pun sakit di bagian tubuhnya. Gadis itu membuka matanya perlahan, lalu mengerjap pelan saat menyadari ada sebuah tangan yang melilit di pinggangnya.

Shafira mendongak, kedua matanya terpaku menatap manik hitam pekat itu. Shafira begitu mengenalinya, salah satu makhluk Tuhan dengan pahatan sempurna. Hidung mancung, alis tebal, serta rahang yang tegas, dan jangan lupakan bibir berwarna merah muda itu. Ck, membuat Shafira harus menelan salivanya susah payah.

Sedetik kemudian Shafira menyipitkan matanya saat baru menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Di sudut bibir itu terdapat luka seperti habis berkelahi.

Shafira tersentak kaget, saat seseorang itu tiba-tiba menjauhkan tubuhnya.

"So-sorry, udah nabrak lo.." ucap Shafira sedikit gugup saat menyadari jarak keduanya yang begitu intens tadi.

"Lain kali hati-hati."

Shafira hanya menganggukkan kepalanya.

"Gue duluan."

Tanpa menunggu jawaban dari Shafira, Gama melangkah pergi. Meninggalkan gadis itu yang masih terdiam di tempatnya.

....

"Haduhh Mikh, gimana ini nasib gue?" panik Shafira.

Gadis itu sekarang tengah panik karena ia lupa mengerjakan PR dari buk Mira seminggu yang lalu. Astaga! Kenapa ia bisa lupa? Shafia masih ingat jelas bagaimana tegasnya buk Mira dalam memberi hukuman kepada murid-muridnya. Kejadian saat ia dan Mikha yang dihukum untuk membersihkan toilet waktu itu sungguh membuatnya kapok.

"Ya elo juga sih, kenapa bisa lupa." hakim Mikha.

Shafira berdecak. "Lo jangan bikin gue tambah panik dong!" ucap Shafira kesal.

Shafira hanya bisa berdoa semoga buk Mira tidak memberikan hukuman yang berat padanya, walau pun itu sama sekali tidak mungkin mengingat buk Mira adalah guru yang tidak bisa memberi keringanan untuk muridnya yang sudah membuat kesalahan.

"Yaudah lah Sha mau gimana lagi coba? Bentar lagi buk Mira pasti dateng, lo tau sendiri kan guru satu itu gak pernah telat."

Shafira mendesah berat.

"Udah lo tenang aja, nanti gue tinggal bilang kalo gue juga gak ngerjain. Terus nanti kita dihukumnya barengan deh. Bereskan?" ucap Mikha kelewat santai.

Shafira menoleh ke arah Mikha lalu menoyor kening sahabatnya itu. "Jangan bego!"

"Astagfirullah! Gue setia kawan kayak gini malah dikatain bego!" Mikha mendengus kesal.

Gama's [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang