25. Di labrak? (revisi)

9.7K 666 26
                                    

Cedera ku tidak pada fisik,
tapi hati.

....

Shafira menguap lebar seraya menuruni anak tangga dengan malas. Pagi ini dirinya merasa masih mengantuk, karena semalam ia tidak bisa tidur sampai pukul tiga pagi.

"Lemes banget tuh badan." cibir Mikha saat melihat Shafira yang sama sekali tak bersemangat.

"Ngantuk, semalem gue gak bisa tidur."

"Jelas lah lo gak bisa tidur, bayangan lo Gama terussss."

"Ngawor!" kilah Shafira.

"Yaudah mangkanya ayok berangkat!" ajak Mikha.

Kedua gadis itu melangkah keluar rumah, lalu menghampiri motor Mikha yang terparkir di halaman rumah Shafira.

Karena di jam pelajaran pertama hari ini adalah olahraga, jadi Shafira dan Mikha tidak memakai rok melainkan memakai celana training serta kaos olahraga. Dan karena itu pula, Shafira bisa lebih leluasa duduk di boncengan Mikha dengan menghadap ke depan.

Mikha mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Shafira yang awalnya mengantuk pun kini tidak lagi saat semilir angin sejuk menyentuh permukaan kulitnya.

Jalanan ibu kota yang pagi ini nampak cukup senggang, membuat mereka sampai di sekolah lima menit lebih cepat dari biasanya.

Shafira melepas helm yang di pakainya, tangannya merapikan poni doranya yang terlihat berantakan.

"Ayok Mikh." ajak Shafira pada Mikha yang malah sibuk berkaca di spion motor.

"Ayok," sahut Mikha.

Langkah Mikha dan Shafira terhenti, saat tiba-tiba ada beberapa gadis menghadang keduanya. Posisi mereka saat ini masih berada di lingkungan parkiran sekolah yang sudah tampak ramai.

Shafira menyernyit, saat mengenal salah satu dari gadis-gadis ini. Bukankah mereka adik kelasnya? Dan gadis bertubuh paling mungil itu adalah Lolita, mantan pacar Gama.

"Gara-gara kak Shafira, aku jadi putus sama Gama!" tuding Lolita.

Shafira mengerutkan dahinya bingung, lah? Jadi maksudnya ia di labrak gitu? Oleh adik kelas? Shafira menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya, dunia sudah terbalik, pikirnya.

"Heh bocil! Ngomong apa lo?!" ngegas Mikha pada Lolita yang baru saja mengatai sahabatnya.

"Diem, aku gak ngomong sama kakak!" sahut Lolita, menatap tak suka ke arah Mikha.

"Masih bocil sok-sok an lagi lo!" sinis Mikha.

"Mikh udah Mikh!" sela Shafira.

"Udah apa Sha? Bocil ini nih udah ngata-ngatain lo! Ya gue gak terima lah!" Mikha menaikkan nada suaranya.

Shafira menghela nafas, seperti dugaannya saat ini mereka menjadi pusat perhatian.

Shafira yang sudah dari pagi tidak mood, sekarang malah bertambah malas dengan kehadiran adik kelasnya ini yang asal berbicara. Gadis itu Putus dan menyalahkan dirinya? Cih.

Gama's [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang