16. Pingsan (revisi)

13.4K 894 5
                                    

Tidak ada yang pasti, apalagi menyangkut isi hati.

....

Gama menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Shafira, gadis itu turun setelah mengucapkan terimakasih.

Shafira membuka pintu rumahnya, tidak lupa ia menguncinya kembali. Tepat saat membalikkan badannya, gadis itu terkejut saat mendapati papanya yang sudah berdiri tegak di hadapannya.

"Astaga papa ngagetin aja." Shafira mengusap dadanya naik turun.

"Siapa?" Lucman malah balik bertanya, tidak mengindahkan ucapan putrinya.

Shafira menyernyit, tidak mengerti maksud dari ucapan pria paruh baya itu.

"Siapa yang nganter kamu pulang? Katanya tadi siang izin mau main ke rumah Al." perjelas Lucman saat Shafira kurang mengerti atas pertanyaannya.

Shafira meringis dalam hati, gadis itu dapat menebak bahwa papanya pasti mengintip melalui jendela. Shafira sangat tahu bagaimana sifat Lucman jika itu menyangkut dengan seorang lelaki yang dekat dengannya. Pria paruh baya itu akan menjadi lebih overprotektif padanya. Alasannya tentu saja karena Lucman menginginkan yang terbaik untuk putrinya, takut jika Shafira nanti akan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik.

"Gama, sahabatnya Al pa, temen Shafira juga di sekolah. Tadi kebetulan pas Shafira main ke tempat Al, dia juga ada disana terus nawarin buat pulang bareng." Shafira mencoba menjelaskan, takut jika papanya itu akan menjadi salah paham, mengira dirinya malah keluyuran kemana-mana. Dan satu lagi, jangan lupakan bahwa Shafira tadi baru saja mengatakan bahwa Gama adalah temannya. Ck, sejak kapan?

"Papa Shafira capek," keluh Shafira, sengaja untuk menghindari pertanyaan nyeleneh papanya.

Gadis itu berjalan mendekat ke arah Lucman, lalu berjinjit untuk mencium pipi papanya. "Shafira istirahat dulu ya."

Lucman tersenyum seraya mengelus rambut putrinya sayang. "Jangan lupa sholat,"

Shafira mengangguk seraya tersenyum, lalu melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.

....


Gama mengangguk-nganggukkan kepalanya, kakinya mengetuk-ngetuk dengan santai seraya mendengarkan alunan musik di dalam mobilnya.

Pagi hari yang cerah ini ia sudah siap berangkat ke sekolah, ini bisa dibilang masih pagi malah terlalu pagi untuk ukuran Gama yang biasanya berangkat siang, atau lebih tepatnya lima menit sebelum gerbang sekolah di tutup.

Tapi entah setan apa yang merasukinya, hari senin ini ia sudah cukup rapi dari penampilan di hari biasanya, mengingat ini upacara jadi cowok itu memakai dasi dan ikat pinggang, walau pun tetap saja karena baju cowok itu di keluarkan, sangat terkesan bad boy. Untung ganteng.

"Ehh ehhh, kenapa nih.." ucap Gama panik saat tiba-tiba mobilnya berhenti.

Gama memukul setir mobilnya dengan raut wajah kesal, saat mengetahui mobil mewahnya malah mogok. Gama menghela nafas lalu keluar dari mobilnya.

"Ck, mogok!" Gama bergumam kesal. Masalahnya ia kurang paham soal mesin seperti ini.

Gama menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu kembali berdecak saat tidak ada yang bisa dimintai tolong, motor dan mobil pribadi itu berlalu begitu saja. Membuat Gama menghela nafas, cowok itu melihat jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 07.10 WIB.

Gama's [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang