CLEFT [17]

455 32 16
                                    

Semua anak-anak Aligator dan Beesquad berkumpul di kantin pada jam istirahat. Hari ini, mereka tak mendengar sama sekali suara Iqbaal maupun Steffi. Pasangan itu benar-benar diam. Tidak bicara sedikitpun, diajak bicarapun hanya merespon dengan body language nya.

"Lo berdua lagi kenapa sih anjirrr," geram Bastian yang sedari tadi sudah kesal. "Ada masalah, huh?" sambung sohib Iqbaal itu penasaran.

Iqbaal hanya menatap kosong makanannya, makanan itu hanya ia aduk-aduk tanpa minat. "Heh Ndan, lo lagi kenapa sih?" kini giliran Upan yang bicara. Dilihat dari gelagat Iqbaal, itu sangat menunjukan kalau Komandannya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Ada masalah ya Ndan?" tanya Karel pelan.

"Cerita Baal kalo ada masalah, siapa tau kita bisa bantu."

Iqbaal menatap malas ke arah bang Kiki yang berkata demikian. Iqbaal lalu menatap orang-orang yang ia anggap sahabat itu satu persatu. Untuk kesekian kalinya ia merasa dipermainkan.

Aldi tertegun melihat netra Iqbaal yang menatap mereka penuh kekecewaan. Ada apa lagi ini? Apa ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuannya. "Kenapa sih Baal? Lo natap kita semua kaya kita abis kegep sesuatu gitu loh." ucap Aldi yang menyuarakan perasaannya.

Para gadis-gadis cantik itu tidak berani nimbrung dengan pembicaraan anak-anak Aligator. Apapun yang terjadi pada Iqbaal sekarang, pasti bukan sesuatu hal yang kecil. Ia tidak pernah mendapati Iqbaal sediam sekarang, biasanya walaupun terkesan cuek, ia tetap akan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.

"Siapa lagi kali ini, Baal?"

Semua menatap Angga yang melontarkan kalimat dengan tenang. Steffi bahkan menatap Iqbaal takut-takut, apa Iqbaal akan mengatakan apa yang sudah ia ketahui kemarin. Kenapa rasanya ia benar-benar tidak tega menatap wajah dingin Iqbaal. Wajah yang biasanya memancarkan aura keangkuhan yang sangat tinggi, kini berubah menjadi dingin dan sangat datar.

Lo sehancur ini, Bay? batin Steffi tidak tega.
"Maksud lo apa Ngga?" tanya Bastian yang belum konek.

Angga menatap Iqbaal yang juga menatapnya. Angga sangat familiar dengan tatapan yang dilontarkan Iqbaal pada mereka tadi. Tatapan yang sama dengan beberapa tahun yang lalu. Tatapan yang sarat akan kekecewaan yang mendalam. "Siapa, Baal?" tanya Angga lagi tanpa menghiraukan pertanyaan Bastian.

Iqbaal beranjak dari sana tanpa menghiraukan pertanyaan anak buahnya di Aligator, kepergiaan Iqbaal disusul oleh Steffi. Entah kenapa, dengan spontan Steffi beranjak mengikuti arah kepergian Iqbaal.

"Jangan-jangan si Ndan nganu lagi," cicit Upan pelan tanpa dosa.

"Nganu apaan anjir?" tanya Aldi yang terpancing omongan Upan.

Upan nyengir biasa, lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lo jangan mikir macem-macem Pan, nanti kalo si Ndan tau, panjang urusannya," peringatkan Karel tegas.

"Otak lo ngeres pasti nih," omel Bastian yang sudah menoyor Upan.

"Kan siapa tau, guys. Si Ndan khilaf ngelakuin itu sama Steffi?"

"Itu apa?" tanya Salsha garang sambil menatap datar Upan.

"Wikswiks," jawab Upan pelan tanpa dosa. Sontak perkataan singkat Upan dihadiahi berbagai reaksi oleh anak-anak Aligator yang lain. Mulai dari di toyor Bastian, di sambit botol soda oleh Karel, di geplak bang Kiki, di jambak Salsha, dan di uyel-uyel Aldi greget.

"Kebangetan pikiran lo Pan." tegas bang Kiki marah.

"Abisnya si Ndan berubah setelah jalan sama Steffi kemaren. Iya, kan? kemaren doi gak ada ke markas, terus tadi pagi datangnya kepagian, curiga gue si Ndan ke sekolah subuh-subuh."

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang