CLEFT [43]

387 40 144
                                    

Hayoooo komenn per dialognyaaa jangan sampee lupaaa

***

Iqbaal memarkirkan motornya di pekarangan rumah Steffi. "Maaf den," sapa seorang satpam yang bekerja di rumah itu.

Iqbaal melepas helm full face nya dan turun, lalu menghadap sepenuhnya pada satpam itu. "Non Steffi udah berangkat sama Den Endy, Den." kata Satpam itu memberi tahu.

"Oh udah sama Endy, Pak?"

"Iya Den."

"Eum, Endy tinggal di sini lagi Pak?" tanya Iqbaal sopan.

Satpam itu mengangguk, membenarkan kalau Endy sudah kembali tinggal di sini. Setelah mengetahui kalau Steffi sudah pergi bersama Endy ia lantas berpamitan. "Yaudah, aku duluan ya Pak." kata Iqbaal sopan.

Iqbaal mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan cukup tinggi. Lalu, menekan rem tiba tiba dan menepikan motor saat melihat seorang gadis yang kemarin hampir bunuh diri itu. Iya, Shasha. Gadis itu berjalan lunglai di pinggir jalan dengan menenteng tasnya.

"Sha," sapa Iqbaal yang telah berhenti di tepi.

Shasha menoleh dan tersenyum pedih ke arah Iqbaal. "Kamu gak dianterin supir kamu, Sha?"

Shasha menggeleng kecil. Iqbaal turun dari motor dan meraih pergelangan tangan Shasha saat ia hendak pergi dari Iqbaal. "Yaudah, sama aku yuk," kata Iqbaal mengajak Shasha untuk naik ke motornya.

"Boleh?" tanya Salsha memastikan.

"Iya, boleh."

Shasha tersenyum tipis lalu naik ke atas motor Iqbaal. "Aku boleh pegangan di pinggang kamu, Baal?" tanya Shasha pelan.

"Senyaman kamu aja."

Karena menurutnya Iqbaal memberikan izin, maka dengan lembut ia mengalungkan tangannya ke pinggang Iqbaal. Shasha yakin, pelan-pelan Iqbaal akan jatuh hati dengannya. Cepat atau lambat.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka sampai di sekolah. Iqbaal memarkirkan motornya di parkiran. Pemuda itu melihat Steffi yang menatap dingin ke arahnya. "Sha, kamu duluan aja  ke kelas." kata Iqbaal meminta Shasha untuk kelas lebih dulu.

Shasha menurut dengan patuh, ia lantas pergi menuju kelasnya yang ada di sekolah itu. Sedangkan Iqbaal melangkah mendekat ke arah Steffi. Steffi memutar bola matanya malas.

"Bunda nanyain, kenapa pacar gue gak ikut jemput Bunda di rumah sakit. Sedangkan pacar Endy bisa dateng." ketus Steffi. Mereka saat ini berjalan berdampingan melewati koridor untuk sampai ke kelas mereka.

"Terus lo jawab apa?"

"Lo sibuk. Makanya gak bisa dateng."

Iqbaal mengangguk kecil. "Kenapa lo gak jujur ke Bunda soal gue?" tanya Iqbaal tanpa berpikir.

Steffi sontak menghentikan langkahnya dan menatap Iqbaal. Gadis itu duduk di bangku yang ada disetiap koridor diikuti Iqbaal yang mengambil posisi duduk disampingnya. "Lo mau gue jawab apa soal lo? Gak mungkin gue jawab kalo pacar gue sibuk ngurusin cewek lain kan?" kata Steffi sarkas.

"Shasha hampir bunuh diri kemaren, Steff."

"Gue tau. Gue denger dari anak-anak."

"And then? Apa gak bisa lo sedikit aja respect ke dia?" tanya Iqbaal datar tanpa mau menoleh ke Steffi.

Steffi berdiri. Bersandar pada sebuah pilar kokoh sambil bersidekap dada. Menatap angkuh pada sosok Iqbaal yang duduk di hadapannya. "Respect? Haram bagi gue respect ke orang orang yang gak sayang sama diri sendiri." kata Steffi tenang.

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang