CLEFT [55]

389 50 104
                                    

Jangan lupa comment bawelnya per dialoggg, ehee. Udah mo ending tauu, masa gak ramee kann

***

"Steff, buruannn, nanti kesiangan."

Endy yang sedari tadi mengajak Steffi untuk lari pagi tapi tuh anak gak nongol-nongol. Sudah beberapa kali ia ketuk namun Steffi selalu saja berucap, "iya Ndy, sabar. 5 menit lagi."

5 menit berganti 5 menit, hingga kurang lebih sudah 30 menit Endy menunggu Steffi keluar. "Jangan sampe gue dobrak loh ya!"

Tidak lama, Steffi keluar dari kamarnya dengan outfit olahraga yang ia punya. "Gue males lari pagi. Kita motoran aja ya?" bujuk Steffi ke Endy. Sumpah, ia sangat malas untuk lari.

"Gak ada penolakan."

Endy meraih tangan Steffi dan mengajak gadis itu pergi. Mereka menuruni anak tangga dan berpapasan dengan Bunda yang hendak naik ke atas. "Loh, baru aja mau Bunda ajakin jalan jalan pagi. Udah siap aja kalian."

"Endy nih Bun, maksa-maksa Adee buat lari pagi."

Bunda tersenyum kecil. Steffi ini dari dulu emang males banget sama yang namanya olahraga. Setiap Ayah pulang dan mereka olahraga rutin, Steffi yang selalu absen. Ayah pun tidak pernah memaksa Steffi untuk turut serta. Kata Ayah, Ayah gak tega putrinya keringetan.

Ayah memang terkadang sedikit berlebihan dalam melindungi satu satunya putri yang ia miliki. "Bundaaa, aku dirumah aja yaa. Magerr banget Bunnn." rengeknya lagi. Steffi masih mencoba membujuk Bundanya agar ia bisa bersantai ria.

"Yakin gak mau ikut? Di depan ada calon mantu Bunda tau," bisik Bunda lembut.

Steffi mengernyit. "Calon mantu Bunda?" tanyanya heran. "Siapa Bun? Afi?" tanya Steffi lagi.

"Bukan. Liat aja sendiri." Bunda menarik Endy dan merangkul pemuda itu. Steffi mau tidak mau mengikuti keduanya.

Sampai di depan rumah, Steffi melihat Ajil dengan celana training, baju kaos, dan kaca mata hitam yang bertengger di matanya. Steffi tersenyum kecil, "oh ini toh Bun calon mantunyaa," bisik Steffi pada Bunda.

"Mantu pilihan Ayah," bisik balik Bunda.

Astaga Ajil ganteng juga kalo diliat liat, batin Steffi kecil. Ajil menyalami tangan Bunda, lalu bertos kecil dengan Endy. "Kenapa senyum-senyum?" tanya Ajil pada Steffi yang mesam mesem dari tadi.

"Bundaaa, Adee joggingnya sama Ajil aja ya?" kata Steffi pada Bunda.

"Gak ah. Nanti yang ada kamu mager mageran kalo sama Ajil."

"Ihh Bunda, suudzonan mulu sama Adee."

"Kelakuan kamu udah hapallll banget Bunda."

Endy merangkul Bunda dan tersenyum lembut pada wanita itu. "Bun, biarin aja." kata Endy.

"Ahhh Endy emang yang paling ngerti."

Endy kemudian membawa Bunda pergi lebih dulu. Ajil menjiwit kecil dagu Steffi. "Mau apa?" tanya Ajil spontan.

"Jajannn yokk Jil."

"Jajan apa?"

"Sarapan bubur aja gimana?"

"Boleh. Mau di mana?"

"Eumm, di mana aja yang enak dehh."

Ajil mengangguk, "mau jalan kaki atau motoran?"

"Terserah Ajil deh." kata Steffi lagi. Ajil tersenyum kecil, ia lalu mengajak Steffi untuk jalan pagi. Mumpung weekend dan kapan lagi bisa menemani gadis itu.

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang