CLEFT [41]

376 37 87
                                    

Yukkkk komen baweeeeellnyaa per dialog jangan lupaaa

Komenn kalian itu penyemangat dan inspirasii alur authorrr

***

Setelah menghabiskan sekitar seminggu di rumah sakit. Akhirnya Bunda boleh pulang. Kepulangan Bunda disambut antusias oleh Steffi dan Endy.

"Nanti gue yang jemput lo di sekolah," kata Endy saat mengantar Steffi sampai depan gerbang sekolahnya. Bunda pulang sore. Jadi dua anak itu diminta sekolah lebih dulu, baru mengurus kepulangan Bunda.

"Okey, gue tunggu." kata Steffi antusias.

Steffi masuk ke area sekolah setelah motor Endy pergi. Gadis itu berpapasan dengan Shasha di parkiran. Yah, gadis itu memang sudah resmi menjadi murid di sekolahnya.

Shasha tidak sengaja menabrak Steffi hingga gadis itu tersungkur ke tanah. "Anjing, lo jalan gak liat-liat apa?" semprot Steffi sambil berdiri dan membersihkan rok bagian bokongnya yang sepertinya kotor.

Shasha tidak menjawab, ia malah lari ke arah luar sekolah. Hal itu membuat Steffi mengernyit. "Napa tuh cewek?" kata Steffi bermonolog.

Tidak ingin mengambil pusing, akhirnya gadis itu menuju ke kelasnya saja. Iqbaal sudah datang dan duduk dengan tenang di kursinya sambil mendengarkan lagu lewat earphone.

Gue cerita gak ya soal Shasha ke Iqbaal, batin Steffi yang menatap Iqbaal intens. Gadis itu masih berdiri dengan tas ransel yang disampirkan di bahunya.

"Duduk." kata Iqbaal datar. Pemuda itu melepaskan earphone miliknya dan menoleh singkat ke arah Steffi. "Sawan lo ngiliatin gue sampe begitu?" tanya Iqbaal heran.

Steffi mencebik kecil, ia duduk dan meletakkan tasnya di atas meja. "Lo, berantem sama Shasha, Bay?" tanya gadis itu hati-hati.

"Gak. Kenapa?"

"Nanya doang sih."

"Bunda jadi pulang?" tanya Iqbaal pada Steffi.

"Jadi."

"Kapan?"

"Ntar sore."

"Gue ikut jemput Bunda." kata Iqbaal santai. Steffi hanya mengangguk kecil. Membiarkan pemuda itu untuk ikut. "Tapi gue dijemput sama Endy." kata Steffi memberi informasi.

"Sama gue aja."

Steffi menghela napas. Percuma membantah perkataan komandan. Seseorang memasuki kelas mereka dan gemetar menatap Iqbaal.

Iqbaal mengernyit pelan, dan mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa?" tanya Steffi pada orang itu.

"I-itu, cewek yang sering sama kak Iqbaal hampir bunuh diri di jalan." katanya tergagap.

Mendengar pernyataan itu Iqbaal lantas bangkit dari posisinya dan tergesa gesa pergi. Steffi geleng-geleng kepala. "Dasar cewek stress," gumam Steffi lalu bangkit untuk menyusul Iqbaal.

Iqbaal berlari sampai depan gerbang di mana sudah banyak orang yang berkerumun. Pemuda itu melihat Shasha yang duduk di pinggir jalan. Shasha dikelilingi banyak orang.

"Permisi," ucap Iqbaal sopan dan membelah kerumunan. Ia lalu berjongkok di hadapan Shasha. "Hey, what's going on Sha?" tanya pemuda itu lembut.

Shasha dengan cepat langsung meraup Iqbaal untuk ia peluk. Gadis itu menangis dalam dekapan Iqbaal yang ia rasa hangat. "Aku mau mati aja Baal, aku capeek, hiksss," racaunya sendu.

"Mas, pacarnya ya?" tanya salah satu ibu-ibu yang keliatannya kepo.

"Aduhh mas, jagain deh pacarnya. Kasian, hampir aja bunuh diri." sahut ibu-ibu lain.

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang