CLEFT [47]

405 36 48
                                    

Ditungguuu komentar bawelnyaa per dialoggg

***

Iqbaal membawa Steffi ke markas pulang sekolah. Ia meminta Bastian untuk mengantar Shasha pulang. Karena ada hal yang memang harus ia bicarakan dengan Steffi.

Iqbaal tidak mengijinkan para anggotanya ke markas untuk saat ini. Karena pemuda itu menjadikan markas sebagai tempat pribadinya untuk bicara empat mata dengan pacar taruhannya.

"Lo sadar apa yang lo lakuin pas istirahat tadi?"

Steffi enggan menjawab, ia menatap drum drum tong kosong yang dijadikan tempat duduk untuk anak anak Aligator. Markas selalu berhasil mengingatkannya dengan Bascampe. Tentunya, bascampe Endy jauh lebih rapi dibanding markas Iqbaal.

"Ditanya tuh jawab. Bukan diem aja kayak orang bisu."

"Gue ngelakuin yang harus gue lakuin."

Iqbaal menendang salah satu drum kosong itu hingga membuat kebisingan di markas. Steffi sedikit terlonjak kaget karena bunyi itu. "Lo bikin gue malu."

Steffi menghela napasnya dan mengusap dadanya sendiri. Biasa. Iqbaal bacotnya suka kasar dan gak tau tempat.

"Minta maaf ke Shasha."

Steffi menggeleng kuat mendengar pernyataan Iqbaal. "Ogah. Gue gak sudi minta maaf."

"Gue yang salah. Bukan Shasha."

"Ngapain aja di rumah Shasha?" tanya Steffi yang sudah berdiri menghadap Iqbaal.

"Jagain dia."

"Kalian sekamar?"

Iqbaal maju selangkah dan mendorong Steffi sampai punggung gadis itu menabrak dinding. Iqbaal mengunci pergerakan Steffi agar tidak kemana-mana. "Mau gue sekamar atau enggak. Urusannya apa sama lo?" tanya Iqbaal tajam.

Steffi menatap Iqbaal dengan tajam. "Gue pacar lo, kalo lo lupa."

"Pacar taruhan lebih tepatnya."

Selalu. Selalu itu yang Iqbaal katakan setiap kali Steffi mengungkit status mereka. Steffi berdecak kecil lalu tangannya mengusap pipi mulus Iqbaal. "Kenapa sih, lo selalu ngungkit itu. Lo sebenernya cinta kan ke gue Bay?"

"Percaya diri lo tinggi ternyata."

"Iya, sama kayak lo."

Ponsel Iqbaal berdering di saku celananya. Iqbaal melihat nama si pemanggil. Iqbaal bergegas menerima panggilan itu, "hallo Di?"

Mendengar penuturan si penelpon Iqbaal mencengkram kuat ponselnya. "Gue ke sana." katanya sebelum memutuskan panggilan sepihak.

"Lo pulang naik Taxi. Gue ada urusan."

"Shasha lagi?"

Iqbaal menampar dinding di belakang Steffi dengan kuat mendengar pertanyaan Steffi. "Bisa gak usah nanya?" kata Iqbaal tajam.

"Gue mau tau."

"Gak perlu tau apa urusan gue."

Steffi meraih tubuh Iqbaal dari belakang saat pemuda itu hendak pergi. Steffi memeluk erat Iqbaal dari belakang guna menahan langkah Iqbaal yang makin jauh. "Gue gak bakal lepasin sebelum gue tau lo mau kemana." kata Steffi tenang.

"Jangan maksa gue buat kasar sama lo."

Iqbaal berusaha melepas tautan tangan Steffi di perutnya saat ini. Berusaha agar tidak kasar dan menyakiti gadis itu. "Steffi," tegur Iqbaal pelan.

"Sesusah itu lo jawab pertanyaan gue?"

"Gue harus pergi sekarang. Lo gak ngerti?"

"Gue ikut."

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang