CLEFT [44]

400 42 24
                                    

Jangan lupa komennn bawellnyaa perdialoggg, hehe

Selamat membacaaa

***

Steffi siap dengan casual outfitnya untuk pergi dengan Iqbaal. Gadis itu menyemprotkan parfum ke tubuhnya secukupnya, lalu berkaca sekali lagi. Memastikan kalau tidak ada yang salah dari penampilannya.

Setelah puas menatap pantulan dirinya di cermin, ia lantas memutuskan ke ruang keluarga yang berada di lantai dasar. Gadis itu menyapa Ayah, Bunda, dan Endy dengan hangat. Lalu duduk di antara Ayah Bunda.

"Dek, mau kemana?" tanya Bunda heran melihat anak gadisnya sudah rapi dan cantik.

"Jalan Bunda. Bolehkan?" tanyanya sambil menatap Ayah, Bunda, dan Endy bergantian.

"Sama siapa?" tanya Ayah yang menatap wajah cantik gadis itu.

Steffi tersenyum malu. "Sama Iqbaal, Yah. Pacar Adek yang waktu itu."

"Boleh. Kalau dia berani izin langsung ke Ayah sama Endy."

Steffi menggigit bibir bawahnya mendengar penuturan Ayah. Ia lalu memberi pesan pada Iqbaal sesuai perintah Ayah. Agar pemuda itu langsung izin untuk mengajaknya jalan.

Tidak lama, suara ketukan pintu memenuhi pendengaran mereka. "Adek aja yang buka," katanya yang langsung pergi menuju pintu utama.

Steffi membuka pintu dan melihat Iqbaal yang, eum, sangat tampan. Gadis itu terpesona sesaat sebelum Iqbaal meniup wajahnya yang cengo. "Sawan lo?" tanya Iqbaal yang selalu merusak momen.

Steffi tersenyum kikuk dan memberikan jalan agar Iqbaal bisa masuk. "Ayah di dalem," kata Steffi memberi tahu.

Iqbaal mengangguk, ia berjalan berdampingan dengan Steffi menuju ruang keluarga. Matanya langsung bertemu dengan mata Endy yang menatapnya datar. Steffi duduk di samping Endy, lalu Iqbaal mengambil posisi duduk di samping gadis itu juga.

Ayah menatap Iqbaal tajam. Menelisik dari ujung kaki sampai ujung rambut. Menilai dengan teliti bagaimana pacar dari putri kesayangan keluarga mereka. Pantaskah pemuda itu untuk menemani putrinya.

Steffi menyenggol pelan Iqbaal agar pemuda itu lekas meminta izin. Bukannya cuman diem aja kayak gitu. "Cepetan izin bege," bisik Steffi sangat pelan.

"Om, saya izin bawa Steffi buat jalan."

Glek.

Steffi meneguk ludahnya kasar. Iqbaal gak bisa basa-basi dikit apa sama Ayah. Steffi hanya pasrah dengan penilaian Ayah ke Iqbaal.

"Kemana?"

"Main ice skating, Om."

"Anak Ayah diajak jalan cuman buat main ice skating? Bercanda kamu?"

Steffi menoleh menatap Iqbaal yang sepertinya tenang tenang saja mendapat pertanyaan itu dari Ayah. "Jangan salah Om, ice skating bukan cuman soal permainan. Tapi lebih dari itu. Ice skating gak melulu soal main, tapi juga bermanfaat buat kesehatan. Saya tau anak Om males olahraga, makanya saya ajak main ice skating biar olahraganya gak berasa."

Anjing Iqbaal, batin Steffi mengumpat. Tau darimana pemuda itu ia malas berolahraga. Gak tau aja kalau sebenarnya Steffi itu rajin banget sama yang namanya olahraga. Ya meskipun cuman dimimpi.

Bunda tersenyum geli mendengar jawaban Iqbaal. "Tau aja kamu Baal, si tuan puteri ini pemales kalo soal olahraga." tutur Bunda ramah agar tidak membuat suasana semakin tegang.

"Bundaaa," rengek Steffi manja.

Iqbaal tersenyum lembut pada Bunda. "Bunda apa kabar?" tanyanya sopan.

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang