CLEFT [18]

498 36 13
                                    

Sebelum lanjut baca.
Yuk, ada baiknya kita mendoakan saudara-saudara kita yang lagi tertimpa musibah.
Jatuhnya pesawat Sriwijaya air sj 182, kemudian gempa di wilayah Majene-Mamuju, sampe banjir di provinsi Kalimantan Selatan. Sejauh ini aku tau nya musibah yang tertulis di atas, kalaupun ada musibah di daerah lain, yukk kita doakan sama-sama semoga lekas pulih dan bumi kembali sehat.

Buat yang udah doain mereka, terimakasiih banyak💗

Stay safe semuanya, stay safe Indonesiaku💗

***

Hubungan Iqbaal dengan anak-anak Aligator semakin dingin. Hampir seminggu ini ia mengabaikan mereka dan memonopoli Steffi untuk menemani laki-laki itu kemanapun, pengecualian untuk toilet.

"Gak bosen sama gue mulu?" tanya Steffi dengan bertopang dagu. Keduanya duduk memisah dengan meja anak-anak Aligator yang biasa. Perang dingin antara leader dan anggotanya menyebar di seluruh penjuru sekolah.

Iqbaal dengan santai menyantap nasi goreng miliknya. Steffi menatap pacarnya itu datar. "Mau sampe kapan lo begini?" tanya Steffi lagi. Berpuluh-puluh kali ia meminta Iqbaal untuk menyelesaikan persoalan ini dengan para anggotanya, tapi nihil. Iqbaal tak sedikitpun memberi tanggapan.

"Kasian mereka tau, Bay."

Iqbaal kemudian menatap Steffi dengan tajam. "Yaudah sana pergi, gak usah sama gue." tuturnya menggebu.

Beginilah Iqbaal akhir-akhir ini, sensitive sekali. Harus benar-benar sabar menghadapi pacarnya itu. Niatnya mau nemuin jawaban atas segala pertanyaannya, malah tertunda karena masalah baru. "Gue tuh maunya lo selesaiin baik-baik, Bay. Lo ngediemin mereka gini, kesannya mereka semua salah gitu loh. Padahalkan, yang bermasalah sama lo cuman satu orang. Lo gak kasian liat Upan yang kayak nya gatel banget pengen ngecengin kita kek dulu?"

Iqbaal menyelesaikan makannya, lalu menarik lembut pergelangan tangan Steffi. Iqbaal menuju ke arah meja kebangsaan anak-anak Aligator. Tangannya melepas genggamannya pada Steffi, lalu menumpukan kedua tangannya di atas meja. Tatapan Iqbaal mengabsen satu persatu anggota-anggotanya.

"Gue, mundur dari Aligator."

Satu kalimat dari Iqbaal membuat semuanya menatap tajam laki-laki itu. Steffi juga ikut menoleh ke Iqbaal. "Bay, bukan ini yang gue maksud," cicit Steffi pada Iqbaal dengan berbisik. Kenapa Iqbaal nya jadi bego begini sih. Maksud Steffi selesaiin kan, selesaiin masalahnya, bukan malah nyelesaiin jabatannya di Aligator. Waaa ga bener ni anak, batin gadis itu heran.

"Anggap aja kita gak pernah kenal."

Lagi, dan lagi. Perkataan Iqbaal membuat mereka semakin geram. Bastian menggebrak meja dengan kuat. "Maksud lo apa Anjing?" ujarnya sewot. Laki-laki itu kini berdiri dari duduknya dan menghampiri Iqbaal. "Dari kemaren di diemin makin gak bener aja lo Baal." ucap Bastian telak.

"Bass, malu, diliatin," tutur Syifa yang melihat seluruh atensi pengunjung kantin mengarah pada mereka.

Bastian mencengkram kuat kerah seragam Iqbaal yang disentak kuat oleh Steffi. Gadis itu kemudian mengambil langkah dan berdiri kokoh di depan Iqbaal, seolah menjadi perisai laki-laki itu. "Gak gini, Bas. Omongin baik-baik." kata Steffi mencoba tenang.

Iqbaal menatap tajam Bastian, begitupun sebaliknya. Steffi yang berdiri di tengah-tengah mereka seakan tak berarti apa-apa. "Minggir, Steff." pinta Bastian dingin.

"Steff, minggir, ntar lo yang kena tabokk." ucap heboh Upan.

Steffi tak mendengarkan masukan dari Upan. Ia tetap berdiri tegak di depan Iqbaal dan dihadapan Bastian. Bodo amat, mau kena pukul, kena tonjok, kena bogem, gak papa. Asalkan satu hal, anak-anak Aligator tidak saling menyakiti satu sama lain.

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang