CLEFT [34]

536 42 180
                                    

Comment per dialognya sabi kalii

###

Steffi menarik Endy agar kembali ke kerumunan yang sempat mereka tinggalkan. Gadis itu menggenggam erat tangan Endy.

Iqbaal memicing menatapnya curiga. "Ngobrolin apa sama Endy?" tanyanya dingin.

"Diehh, kepo."

Endy tidak sengaja menatap Afi yang ada di rangkulan Umay. Umay yang melihat Endy menatapnya nyengir dan melepaskan rangkulan itu.

Endy berjalan ke hadapan Afi untuk dirangkulnya. "Sama aku yuk,"bisik Endy lembut.

Afi tersenyum kecil. "Urusan kamu sama yang lain udah selesai?"

"Belum. Ini mau diselesaiin."

Afi mengangguk dan mengalungkan lengannya di pinggang Endy. Steffi mengerucut sebal melihat itu.

Apaansi, gak bisa banget gak nemplokin Endy, batin Steffi kesal.

Reno menatap Endy tajam saat melihat Endy merangkul Afi. "Dia Ndy?" tanya Reno pelan.

Endy menggeleng. Endy melepas rangkulannya pada Afi, lalu beranjak mendekati Steffi. Pemuda tampan itu menggandeng lembut tangan Steffi yang terasa dingin.

Endy menoleh menatap Steffi. "Dia cewek yang sama gue di pantai waktu itu," jelas Endy to the point.

Steffi menggigit bibir bawahnya melihat respon Iqbaal. Iqbaal menarik kerah kemeja Endy dan melayangkan pukulan kerasnya.

Steffi memekik melihat itu, ia berusaha membantu Endy namun ditahan oleh Ajil. "Jangan, lo bisa kena pukul nanti." ucap Ajil lembut.

"Gue gak bisa liat Endy dipukulin begitu sama Ale."

Iqbaal dan Endy terlibat perkelahian sengit. Hingga seseorang menarik Iqbaal kuat dan melayangkan pukulannya. "Udah Baal!" ucapnya tegas.

Wajah Iqbaal memerah. Sangat menampakkan emosinya melalui guratan wajahnya yang mengencang.

Steffi menarik Endy yang memiliki memar di bagian sudut bibirnya. Dihadapan mereka Steffi memeluk Endy erat lalu menangis terisak. "Cukup Ndy, cukup lo belain gue kayak gini," bisiknya lirih.

Endy membalas pelukan itu dengan santai, ia mengusap lembut punggung Steffi yang bergetar. "Hey, kenapa nangis?" tanya Endy serius.

"Lagi lagi karena gue lo begini," lirih Steffi semakin menyedihkan.

"Udah seharusnya gue jagain lo, Steff."

Iqbaal dibawa keluar oleh Aldi, Bastian, dan Angga yang juga mengikuti dari belakang. "Tenangin diri dulu lah Baal. Lo apa apa dibikin emosi." tutur Aldi menenangkan.

"Kenapa selalu si Endy sih Di? Kenapa harus Endy? Kenapa bukan orang lain?" tanya Iqbaal serius.

"Lo masih tanya kenapa harus Endy?" gumam Bastian diiringi kekehannya. "Lo sama Endy ya jelas beda jauh lah Baal. Meskipun nih ya lo sama dia sama sama pinter, sama sama cakep, sama sama kharismatik. Good looking gak bakal cukup kalo lo gak bisa ngtreat cewek dengan baik Lee."

Iqbaal menoleh menatap Bastian. Bastian nyengir saat menyadari kesalahannya. "Gue lebih suka manggil lo Ale sebenernya Ndan, daripada Iqbaal."

"Dulu gue kehilangan Bela, terus Zidny, dan sekarang apa iya harus kehilangan dia lagi?"

Aldi dan Bastian saling menatap lalu tersenyum tipis.

"Makanya, kalo cinta tuh tunjukin, jangan gedein gengsi."

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang